Monday, January 7, 2013

Review: Perahu Kertas

Sebetulnya udah lama banget gue tau kalo Perahu Kertas itu lagi booming-booming-nya di Indonesia. Secara, jarang banget ada film Indonesia yang, ehem, berkualitas. Tentunya berkualitas disini dalam konteks, film itu bukan film horror!

Masalahnya adalah gue merupakan tipe orang yang malesan buat nonton ke bioskop, apalagi buat nonton film lokal yang pasti bakalan cepet tayang di siaran TV lokal.

Terlepas dari semua itu, suatu hari gue menemukan kalo di perpustakaan sekolah gue ada buku baru, dan Perahu Kertas adalah salah satu di antaranya. Gue pengen minjem, tapi ternyata udah ada yang minjem. Uniknya pas pulang sekolah gue ketemu sama peminjam buku tadi! Akhirnya gue ngalah, gue suruh temen gue yang satu lagi buat pinjem Perahu Kertas duluan, setelah sang peminjam pertama selesai.

Sayangnya setelah temen gue ini ngebalikin, ada temen gue lagi (semoga ini tidak membuat ribet) yang mau minjem buku itu. Yaudah, gue ngalah lagi.

Dari tadi kalian mendapat kesan kalo gue itu ngalah mulu ya? ..Hmm okay. Sebenarnya alasan yang paling mendasar adalah gue takut, takut begitu baca nama pengarangnya: Dee.

Rasa ketakutan ini bukannya tidak berdasar, tapi berdasarkan pengalaman gue sendiri. Ketika gue masih kelas 1 SMP, gue pernah minjem salah satu bukunya Dee. Gue meminjam Supernova, dan gue ingat betul gue sempet baca 2 seri dari Supernova. Dan topik yang diceritakan.......... berat buat gue. Tata bahasanya? Agak rumit dimengerti. Jalan cerita? Membuat galau. Alhasil selesai baca buku-buku itu gue jadi random feeling abis dan bisa dibilang, gue kapok.

Akhirnya setelah gue tanya sana-sini, kayaknya Perahu Kertas itu beda deh sama karya sebelumnya. Gue pun memberanikan diri buat membacanya.

***

[SPOILER ALERT]

Perahu Kertas by Dee

Bercerita mengenai kisah antara Kugy dan Keenan.

Kugy adalah seorang cewek nyentrik yang penuh dengan fantasi-fantasi gila dan bermimpi untuk menjadi penulis dongeng. Sedangkan Keenan adalah cowok pintar yang sempat tinggal di Amsterdam, ambil jurusan Managemen karena dipaksa, tetapi ingin menjadi pelukis dengan bakatnya yang luar biasa.

Buku ini menceritakan kisah mereka berdua sejak awal bertemu sampai takdir memisahkan mereka, dan takdir yang sama jugalah yang akhirnya mempertemukan mereka. Tak cuma itu, buku ini juga berisi persahabatan antara Kugy dan Keenan dengan pasangan Eko dan Noni.

Layaknya kisah cinta di novel lainnya, banyak rintangan yang menghalangi mereka. Salah satunya adanya pacar Kugy, yaitu Ojos yang menghalangi Kugy untuk mengungkapkan perasaannya lebih lanjut ke Keenan. Selepas putus dari Ojos, ternyata datang lagi Wanda, sepupu Noni. Wanda merupakan seorang kurator muda dan Eko-Noni berencana menyomblangkannya ke Keenan. Tanpa diduga oleh sahabat-sahabatnya, Kugy yang menyukai Keenan memutuskan untuk menjauh agar tidak terluka dengan adanya Wanda di samping Keenan.

Wanda, dengan segala kekuasaan yang dia miliki mencoba untuk meyakinkan Keenan untuk bertekun di dunia lukisan dengan menghalalkan segala cara. Keenan akhirnya menjalin hubungan dengan Wanda walaupun ia sepertinya tidak bisa mengatakan bahwa ia mencintai Wanda. Hanya mengetahui bahwa Keenan sudah bersama Wanda, Kugy memutuskan untuk menjauh lebih lanjut. Karena berbagai insiden yang sebetulnya berakar dari Keenan-Wanda, Kugy menghadapi 'perang dingin' dengan Noni, sang sahabat. Oleh karena itu bulatlah tekad Kugy untuk lulus secepat mungkin meninggalkan Bandung. Meninggalkan kampus dan sahabat yang sudah tidak menganggapnya. Kugy juga menetapkan pilihan bahwa Keenan, dimanapun ia berada setelah berhenti kuliah, tidaklah sekuat yang ada di pikirannya. Kugy menyadari bahwa ia mencintai Keenan yang hanyalah ilusi, dan ia menciptakan sendiri ilusi tersebut.

Lulus dari Bandung, Kugy kembali di Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan advertising. Tak terduga, atasan Kugy yaitu Remi jatuh cinta pada Kugy yang apa adanya. Remi sendiri merupakan pembeli pertama lukisan Keenan di Bali. Keenan kini tinggal sebagai pelukis di Bali di rumah seorang kenalannya. Di Bali, Keenan sendiri menjalin hubungan dengan Luhde. Sementara di Jakarta, Kugy akhirnya menerima Remi menjadi kekasihnya.

Sementara itu di Bandung, Noni dan Eko sedang bersiap-siap untuk pertunangan mereka. Noni yang sedang membereskan kamarnya tiba-tiba menemukan sebuah bungkusan kado yang dititipkan kepadanya; bungkusan kado itu tertinggal di kamar lama Kugy. Noni memutuskan membuka kado tersebut dan akhirnya menyadari bahwa Kugy sangat mencintai Keenan. Noni merasa bersalah karena ia sembarangan menuduh sang sahabat tanpa tahu kenyataannya. Ia segera meminta maaf kepada Kugy dan mengundangnya ke pertunangannya.

Di pertunangan Eko dan Noni, tak disangka Kugy dan Keenan bertemu kembali. Setelah beberapa situasi canggung, akhirnya mereka bisa akrab kembali. Sebagai pengganti absennya pertemuan mereka, Keenan membawa Kugy pergi ke Bandung dan sebuah tempat lainnya. Hal ini mengakibatkan Remi sangat cemas akan keberadaan Kugy, dan membuat Kugy merasa bersalah. Kugy mencoba meyakinkan dirinya bahwa Keenan adalah pangeran dalam mimpinya, tapi Remi nyata, Remi ada untuknya.

Sayangnya keadaan tidak menjadi lebih baik. Luhde akhirnya mengetahui bahwa Keenan sebaiknya kembali kepada Kugy, karena ia tahu bagaimana Kugy telah menjadi Bintang bagi Keenan. Remi pun demikian, ia beranggapan bahwa Kugy telah menemukan Keenan sebagai cinta sejatinya, tetapi ia belum menemukannya. Remi memutuskan untuk meninggalkan Kugy dengan berat hati.

Akhirnya mereka berdua bertemu kembali di tempat dimana Keenan membawa Kugy setelah pertemuan mereka di pertunangan Eko dan Noni. Mereka berdua percaya, mereka bertemu karena radar Neptunus.

Epilog cerita ini mengisahkan Kugy dan Keenan akhirnya menikah dan Kugy tengah mengandung anak mereka.

***

Cerita ini boleh dibilang, keren. Gak selenje teenlit tapi juga ga bikin pusing-pusing selesai bacanya. Maklum, tokohnya saja tidak bisa dibilang masih remaja. Selain itu beberapa narasi cerita bahkan bisa menjadi quote yang baik.

Tapi kalo boleh jujur, gue kurang suka sama karakter Keenan. Gimana ya, Keenan itu terlalu 'ngegantung' perasaan orang. Selain itu dia juga cenderung 'berpikiran pendek', bagaimana tidak, lukisan hanya terjual 4 saja sudah sombong. Meskipun memang benar, ayahnya sendiri terlalu mengekangnya. Lain halnya dengan Kugy, secara pribadi saya amat mengidolakan tokoh ini. Kugy merupakan seorang pemimpi, tapi realistis. Ia bukan hanya sekedar ingin menipu diri tetapi menempatkan dirinya untuk dalam proses untuk menjadi diri sendiri. Sehingga melihat profil tersebut, boleh dikatakan Perahu Kertas terlalu membebani bagi tokoh Kugy.

Rate 3.8 / 5.0


No comments:

Post a Comment