Monday, May 27, 2013

Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes | PART I

Jadi beberapa hari ini gue disibukan oleh pelatihan OSN (cerita selengkapnya nanti yaa) dan gue terpaksa meninggalkan pelajaran di sekolah. Akhirnya banyak banget ulangan yang gue susulan dan ternyata waktunya jadi mepet, akhirnya untuk ulangan Biologi, susulannya diganti berupa tugas ini yang karena iseng pengen gue pos.




Agak absurd sih come back post gue berupa makalah Biologi.. Yang penting blog ini tetep aktif deh ya! :D

(...)

1.     Pendahuluan

Animalia adalah salah satu kingdom yang mengelompokan makhluk hidup di bumi. Makhluk hidup yang tergolong ke dalam kingdom Animalia biasa kita sebut dengan hewan. Kingdom Animalia terdiri dari makhluk hidup yang eukariotik atau memiliki dinding sel, multiseluler, serta heterotrof karena tidak bisa menghasilkan makanannya sendiri. Berbeda dengan nutrisi autotrofik pada tumbuhan, hewan memasukkan bahan organik yang sudah jadi, ke dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion) atau memakan organisme lain, atau memakan bahan organik yang terurai. Sel-sel hewan tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat, seperti pada tumbuhan atau jamur. Komponen terbesar sel-sel hewan terdiri atas protein struktural kolagen. Keunikan hewan yang lain adalah adanya dua jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran impuls dan pergerakan, yaitu jaringan saraf dan jaringan otot sehingga dapat bergerak secara aktif. Hal ini membedakan kingdom Animalia dengan kingdom lain karena hampir semua kingdom Animalia dimungkinkan untuk melakukan perpindahan tempat. Sebagian besar hewan bereproduksi secara seksual, dengan tahapan diploid yang mendominasi siklus hidupnya. Alat pernapasan pada hewan bermacam-macam tergantung pada tempat hidupnya, ada yang bernapas dengan paru-paru seperti kucing, insang seperti ikan, kulit seperti cacing, trakea seperti serangga.
Sel hewan memiliki organel yang khas, yaitu adanya sentriol yang berguna pada saat pembelahan sel. Adanya organel tersebut menjadi salah satu ciri yang membedakan antara hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri lain dari sel hewan adalah sel hewan tidak memiliki dinding sel, memiliki vakuola berukuran kecil bahkan tidak ada, tidak memiliki plastida. Plastida sendiri merupakan sel yang terdapat pada tumbuhan dan merupakan sel yang memberikan warna pada tumbuhan. Pada plastida terdapat sel kloroplas yang merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Meskipun begitu, seperti pada tumbuhan, sel-sel hewan yang memiliki struktur dan fungsi yang sama akan membentuk suatu jaringan. Sebagian besar sel tersusun dari air dan komponen kimia utama, seperti protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Sel tersusun dari dua lapis membran fosfolipid yang besifat selektif permeabel, yang berarti hanya molekul tertentu saja dapat masuk dan keluar sel.
Jaringan adalah kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk membentuk suatu organ. Jenis jaringan yang umumnya dimiliki oleh vertebrata dan manusia ada empat macam, yaitu jaringan epitl, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan ikat terdiri dari matriks dan sel-sel jaringan ikat. Matriks terdiri dari serat-serat dan bahan dasar, sedangkan serat-serat matriks sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu serat kalogen, serat elastin, dan serat retikuler. Jaringan ikatnnya terdiri dari beberapa jenis sel, misalnya adalah sel lemak.
Organ adalah gabungan dari berbagai jenis jaringan yang terorganisasi dalam fungsi tertentu. Makin tinggi derajat suatu hewan, makin banyak organ tubuh yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk efisiensi kerja, karena dengan banyaknya organ tubuhmaka pembagian kerja akan semakin efektif. Berdasarkan letaknya, organ dikelompokan menjadi dua macam, yaitu organ dalam dan organ luar. Organ dalam tubuh dalam misalnya hati dan jantung. Sedangkan organ luar tubuh misalnya kulit, mata, telinga, dan hidung.
Selain itu menurut beberapa cirinya hewan juga dikelompokan lagi menjadi beberapa klasifikasi. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dikelompokan menjadi vertebrata (memiliki tulang belakang) dan avertebrata. Berdasarkan simetri tubuhnya, animalia dibagi menjadi kelompok simetri radial dan simetri biateral. Menurut lapisan tubuhnya, terdapat kelompok animalia diploblastik dan triploblastik. Berdasarkan makanannya hewan dibagi atas karnivora, herbivora, omnivora, dan insektivora.
Hewan juga diklasifikasikan menjadi beberapa filum, diantaranya adalah Porifera (hewan berpori), Cnidaria termasuk Coelenterata (hewan berongga), Ctenophora termasuk Coelenterata (hewan berongga), Platyhelminthes (cacing pipih), Nemathelminthes (cacing gilik). Annelida (cacing gelang), Mollusca (hewan lunak), Arthropoda (hewan berkaki buku), Echinodermata (hewan berkulit duri), serta Chordata (hewan bertulang belakang).
Menurut para ahli, terbentuknya hewan-hewan di muka bumi ini dimulai dari zigot bersel satu yang mengalami pembelahan sel dan sel tersebut akan bertambah banyak yang terbentuk menyerupai bola. Bentuk seperti bola tersebut akan mengalami perkembangan, yaitu akan melekuk ke dalam sehingga akan terbentuk dua lapisan, yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam). Ektoderm dalam masa perkembangannya membentuk bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu epidermis, kulit, dan sistem saraf, sedangkan lapisan endoderm akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan kelenjarnya. Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat kedua lapisan ini yang dinamakan diplobastik. Adapun yang termasuk golongan hewan ini adalah Porifera dan Coelenterata. Di antara kedua lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm akan berkembang dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi. Golongan hewan yang berkembang pada ketiga tingkat lapisan ini dinamakan triplobastik. Golongan hewan ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Dari hasil penelitian diketahui pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh, yaitu terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga digolongkan sebagai triplobastik aselomata (selom = rongga tubuh). Adapun pada Nemathelminthes mempunyai rongga tubuh semu, yaitu mesoderm belum membentuk rongga yang sesungguhnya karena tampak pada mesoderm belum terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar, yang dinamakan dengan triplobastik pseudoselomata dan yang mempunyai rongga tubuh dinamakan triplobastik selomata karena mesodermnya sudah dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi dua lapisan, yaitu dalam dan luar. Termasuk golongan hewan ini adalah Annelida sampai Chordata. Pada makalah kali ini akan dibahas mengenai Porifera hingga Annelida.

2.     Porifera dan Coelenterata

2.1.Ciri Morfologi dan Anatomi Porifera dan Coelenterata

2.1.1.      Porifera
Ciri utama porifera memiliki lubang (pori) yang banyak dan membentuk suatu sistem saluran. Jenis sistem salurannya dapat dibedakan menjadi askonoid, sikonoid, dan leukonoid atau rhagon berdasarkan tingkat kerumitannya. Air dan makanan yang larut didalamnya diambil oleh hewan tersebut masuk melalui lubang ostium, kemudian masuk ke dalam rongga tubuh. Setelah makanan diserap air yang berlebihan dikeluarkan melalui lubang yang di sebut oskulum.
Terdapat sel dengan bentuk khusus yang disebut koanosit atau sel leher yang berfungsi untuk pencemaan makanan. Sel koanosit memiliki nukleus, vakuola dan flagel. Karena pencernaan berlangsung di dalam sel maka disebut juga dengan pencernaan Intraseluler. Selain melalui sel koanosit, pencernaan juga dilakukan oleh sel amoebosit yang juga mendifusikan makanan. Pencernaan berlangsung di vakuola makanan sementara flagel pada sel koanosit berfungsi untuk membentuk aliran air. Porifera mempunyai eksoskeleton (rangka luar) yang terdiri dari serabut-serabut lentur yang disebut spongin dan terdiri dari duri yang disebut spikula.

2.1.2.      Coelenterata
Tubuhnya seperti kantong berongga dengan sebuah lubang sebagai mulutnya. Mulut ini dikelilingi oleh beberapa alat peraba yang disebut tentakel. Pada tubuh dan tentakelnya terdapat sel-sel penggatal atau sel penyengat yang berbentuk seperti panah. Sel penggatal digunakan untuk melindungi diri. Kalau ada sesuatu yang menyentuh hewan ini, panah-panah beracun itu dilepaskan. Karena itu, orang yang berenang di laut merasa gatal-gatal jika bersentuhan dengan hewan berongga, misalnya ubur-ubur. Sel ini juga disebut sebagai knidosit. Oleh karena itu Coelenterata kadang disebut juga dengan Cnidaria. Setiap knidosit memiliki kapsul penyengat (nematokis).
Sel penyengat juga dipergunakan oleh hewan berongga untuk melemaskan mangsanya. Mangsa yang sudah dilemaskan didorong oleh tentakel ke dalam mulutnya. Makanan dicernakan di dalam rongga tubuh yang berfungsi sebagai perut, sedangkan yang tidak tercerna dikeluarkan lagi juga melalui mulut.
Tubuh mereka terdiri atas mesoglea, suatu bahan tak hidup yang mirip jeli, terletak di antara dua lapisan epitelium yang biasanya setebal satu sel. Mereka memiliki dua bentuk tubuh dasar: medusa yang berenang dan polip yang sesil, keduanya simetris radial dengan mulut dikelilingi oleh tentakel berknidosit. Kedua bentuk tersebut mempunyai satu lubang jalan masuk yang berfungsi sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh yang digunakan untuk mencerna makanan dan bernapas.

2.2.Cara Hidup Porifera dan Coelenterata

2.2.1.      Porifera
Porifera hidup secara heterotof. Makananya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Cara makan porifera disebut juga dengan filter feeder karena porifera menyaring materi makanan dalam air yang mengalir tersebut. Oleh karena itu, filum Porifera juga disebut sebagai pemakan cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km. Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia. Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.

2.2.2.      Coelenterata
Coelentera hidup secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil lainnya yang berada di air. Coelenterata melumpuhkan mangsanya dengan menggunakan tentakelnya yang memiliki sel knidosit. Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis (nematosista). Setelah mangsanya itu lumpuh, tentakel menggulung dan membawa mangsa ke mulut.
Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik itu air laut ataupun air tawar. Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter. Coelenterata yang berbentuk polip hidup soliter atau berkoloni di dasar air. Polip tidak dapat berpindah tempat. Sedangkan Coelenterata yang berbentuk medusa dapat melayang bebas di dalam air.
Proses pencernaan makanan pada Coelenterata dapat secara ekstraseluler maupun intraseluler. Secara ekstraseluler adalah dengan bantuan enzim pada gastrosol atau coelenteron, semacam kantung yang berbatasan dengan gastrodermis. Sementara pencernaan makanan secara intraseluler dengan cara dicerna oleh vakuola makanan yang terdapat di dalam sel-sel gastrodermis. Pengedaran sari makanan dilakukan secara difusi. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.
2.3. Cara Reproduksi Porifera dan Coelenterata

2.3.1.      Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar. Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga Porifera bersifat hemafrodit.

2.3.2.      Coelenterata
Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas berupa polip yang hidup berkoloni di dasar air. Sedangkan reproduksi seksual pada Coelenterata dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet dihasilkan oleh seluruh Coelenterata berbentuk medusa dan beberapa berbentuk polip. Pada Odelia, dalam satu koloni polip terdapat beberapa macam bentuk polip dengan fungsi yang berbeda, misalnya polip untuk makan (gastrozooid), polip untuk pembiakan dengan menghasilkan medusa (gonozooid) dan polip untuk pertahanan. Koloni dengan beberapa macam bentuk polip disebut polimorfisme.
Medusa atau ubur-ubur, bentuknya seperti sebuah payung atau lonceng. Fungsi medusa adalah untuk berkembang biak secara seksual. Jadi, dalam medusa dihasilkan testis dan ovarium yang menghasilkan sperma dan ovum. Tidak semua Coelenterata mempunyai bentuk polip dan medusa. Banyak jenis yang hanya mempunyai bentuk polip.
Beberapa Coelenterata mengalami pergiliran keturunan. Sebagai contoh, pada kelas Hydrozoa mengalami metagenesis, yaitu perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan aseksual dalam satu generasi. Pada peristiwa ini, mula-mula spermatozoid keluar dari lubang mulut medusa jantan dan masuk dalam usus medusa betina untuk membuahi sel telur, sehingga dihasilkan zigot. Zigot melekat di sekeliling mulut dan tumbuh menjadi larva yang disebut planula. Planula kemudian tumbuh membentuk koloni polip muda yang akhirnya membentuk koloni polip dewasa. Kemudian pada polip reproduktif (2n) akan dihasilkan medusa yang akan mengulangi siklus reproduksi pada Coelenterata ini.

2.4.Klasifikasi Porifera dan Coelenterata

2.4.1.      Porifera

a.       Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m. Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.
b.      Demospongia
Demospongiae (dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis Porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis.
c.       Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Bentuk tipe saluran air dari Calcarea adalah askonoid, sikonoid, dan leukonoid.

2.4.2.      Coelenterata

a.       Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya. Hydrozoa dapat hidup soliter. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut. Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Hydra berbentuk polip, berukuran antara 10 mm – 30 mm hidup di air tawar dengan melekat pada daun atau batang tanaman air. Makanannya berupa tumbuhan dan hewan kecil. Tubuh bagian bawah membentuk kaki untuk melekat dan bergerak. Pada ujung atas terdapat mulut yang dikelilingi oleh hipostom dan 6 – 10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan dan selanjutnya makanan dicerna di dalam rongga gastrovaskuler. Hydra berkembang biak secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dengan membentuk kuncup atau tunas pada sisi tubuhnya. Tunas yang telah memiliki epidermis, mesoglea, dan rongga gastrovaskuler dapat melepaskan diri dan tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang dapat membentuk kista. Kista dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat di dasar perairan. Jika menemukan lingkungan yang baik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru.
Obelia berbentuk polip dan medusa yang hidup di laut. Obelia yang hidup berkoloni di laut dangkal membentuk polip yang melekat di batu karang. Polip pada Obelia dibedakan menjadi dua jenis polip yaitu hidran yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan dan gonangium yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual. Obelia mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara keturunan seksual dengan keturunan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh gonangium. Pada gonangium terbentuk tunas yang dapat memisahkan diri dan berkembang menjadi medusa muda yang dapat berenang bebas. Medusa muda kemudian berkembang menjadi medusa dewasa. Medusa dewasa mempunyai dua alat kelamin (hermafrodit) yang menghasilkan sel telur dan sperma. Pembuahan terjadi secara eksternal di luar tubuh dan membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Pada tempat yang sesuai planula akan merekatkan diri menjadi polip muda kemudian tumbuh menjadi Obelia. Selanjutnya Obelia membentuk tunas sehingga terbentuk koloni Obelia yang baru.
b.      Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur mangkuk karena bentuknya seperti mangkuk transparan. Ubur-ubur dapat dimanfaatkan sebagai tepung ubur-ubur yang digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik. Selain sebagai bahan kosmetik, di Jepang ubur-ubur dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Permukaan tubuh bagian bawah terdapat rongga mulut yang dikelilingi empat tentakel. Mulut ini berhubungan dengan rongga pencernaan. Pencernaan pada Scyphozoa terjadi secara ekstraseluler. Scyphozoa telah memiliki beberapa indra sederhana misalnya tentakel sebagai alat keseimbangan, oselus untuk membedakan gelap dan terang, dan celah olfaktoris merupakan indra pembau. Namun demikian Scyphozoa belum mempunyai alat respirasi dan ekskresi khusus.
Contohnya adalah Aurellia aurita, berupa medusa dengan tepi berlekuk-lekuk yang banyak ditemukan di daerah pantai. Aurellia juga mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan terjadi secara internal di dalam tubuh betina. Zigot yang terbentuk berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai kemudian tumbuh menjadi polip muda yang disebut skifistoma. Skifistoma membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring yang disebut strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa. Contoh Scyphozoa lainnya adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
c.       Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan) memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina (anemon laut), dan Turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang memberikan makanan dan membantu pembentukan rangka pada koral. Sedangkan koral memberikan buangan yang merupakan makanan bagi ganggang serta perlindungan bagi ganggang dari herbivora. Koral atau karang hidup berkoloni membentuk massa yang kaku dan kuat karena mempunyai kerangka yang terbuat dari kalsium karbonat. Koral hidup di laut dangkal dengan suhu rata-rata 20°C (daerah tropis antara 30°LU hingga 30°LS). Koral melakukan reproduksi aseksual dengan pembentukan kuncup atau tunas. Contoh: Acropora, Stylophora, Leptoria, dan sebagainya. Koral yang sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu. Ada tiga tipe batu karang, yaitu karang pantai, karang penghalang, dan karang atol. Karang atol, karang pantai, dan karang penghalang dapat melindungi pantai dari abrasi air laut. Karang dan anemon membentuk taman laut yang menjadi tempat persembunyian dan tempat perkembangbiakan ikan serta sebagai objek wisata. Rangka koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai (terumbu karang) atau atol (pulau karang) yang merupakan relief bawah laut dengan danau air tawar atau laguna di tengahnya.
Mawar laut atau anemon laut menempel pada dasar perairan menggunakan bagian tubuh yang disebut cakram kaki. Permukaan atas terdapat mulut yang dikelilingi banyak tentakel berukuran pendek yang tersusun seperti mahkota bunga. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan kotoran lain tidak melekat sehingga tubuhnya tetap bersih. Mawar laut mempunyai sistem saraf difus yang tidak memiliki sistem saraf pusat.

2.5.Peran Porifera dan Coelenterata

2.5.1.      Porifera
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok. Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.

2.5.2.      Coelenterata
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling tinggi terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hingga The Great Barier Reef di Australia. The Great Barrier Reef di Australia besarnya sedemikian rupa sehingga dapat terlihat melalui penginderaan jarak jauh dari luar angkasa. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai.

2.6.Gambar Porifera dan Coelenterata

2.6.1.      Porifera

Siklus Porifera:


Struktur Porifera dan sel koanosit pada Porifera:

Tipe saluran air pada Porifera:
                       

                        Contoh Porifera; Spongia dan Hippospongia:

                        


2.6.2.      Coelenterata

Siklus hidup Coelenterata:

Struktur tubuh Medusa:

Jenis Polip pada Hydrozoa:

Contoh Coelenterata, Physalia dan Hydra:

Atol di Kepulauan Selayar, Taka Bonerate:

Karang penghalang di Australia, The Great Barrier Reef:

...continued to this post.

---
Hai, teman-teman! Terima kasih telah membuka blog saya. Jika kalian merasa terbantu dengan postingan ini, tolong saya untuk mengklik iklan yang ada di widget sidebar (coba kalian scroll ke atas, nah nanti di sebelah kanan ada iklan). Terima kasih banyak, satu klik dari Anda sangat membantu!

2 comments:

  1. Terimah Kasih Min....udah nge-post Makalahnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai! Terima kasih telah membuka blog saya. Jika kamu merasa terbantu dengan postingan ini, tolong saya untuk mengklik iklan yang ada di widget sidebar (coba kalian scroll ke atas, nah nanti di sebelah kanan ada iklan). Terima kasih banyak, satu klik dari Anda sangat membantu!

      Delete