Thursday, December 27, 2012

Review: The Da Vinci Code by Dan Brown

Kesan gue satu: di cover buku ini ada guee!

Yeah, nama gue Monalisa.

[SPOILER ALERT]

The Da Vinci Code
Review The Da Vinci Code

Buku ini merupakan karya brilian dari penulis yang juga brilian, Dan Brown. Bercerita mengenai seorang professor simbologi Harvard, Robert Langdon, The Da Vinci Code menawarkan fiksi yang menakjubkan.

Seorang kurator Museum Louvre, Jacques Sauniere terbunuh. Cerita ini memiliki sudut pandang diaan serba tahu, maka tak perlu ditanya lagi, pembunuhnya sudah ketauan dari awal. Masalahnya adalah, Jacques Sauniere meninggalkan pesan sebelum kematiannya. Pesan ini menunjukkan kebenaran yang dijaga oleh kelompok persaudaraan Biarawan Sion, dimana Sauniere menjadi Mahaguru. Cucu Sauniere, Sophie Neveu yang merupakan seorang kriptografer percaya bahwa pesan tersebut ditujukan baginya. Hal ini sungguh membantu karena ternyata memori masa kecil Sophie dengan sang kakek banyak membantu terpecahkannya kode tersebut.

Di sisi lain, sang pembunuh Sophie ternyata merupakan seorang anggota yang taat dari sebuah sekte agama yang ekstrem, Opus Dei. Menurut pandangan Silas, rahasia yang didapat dari pembunuhan-pembunuhan sebelumnya termasuk pembunuhan Sauniere dapat membahayakan sektenya dan di sisi lain dapat menguatkan mereka jika mereka mendapatkannya. Silas juga diketahui merupakan pengikut taat dari penolong hidupnya, Uskup Aringarosa.

Pemecahan kode Sauniere terus berlangsung dibawah tekanan polisi Prancis yang menduga Langdon membunuh Sauniere karena pesan kematian Sauniere tersebut. Disini dapat kita lihat bahwa Dan Brown sangat menyukai anagram, selain itu anagram yang ditampilkan juga cukup membuat pembaca bukunya berdecak kagum. Pencarian lebih lanjut membawa Langdon dan Sophie mendapat kunci berukir lambang PS. Ternyata kunci ini merupakan kunci ke sebuah bank yang dikenal dengan ketatnya penjagaan barang nasabah dan menjaga ke-anonim-an nasabah. Di bank ini tersimpan sebuah cryptex, semacam tempat penyimpanan rahasia dengan kode yang harus dipecahkan. Apabila dipecahkan secara paksa, maka dokumen didalamnya akan hancur karena tertulis di kertas papirus yang terkena cuka. Papirus akan hancur jika terkena cuka. Mekanisme cryptex ini dibuat sketsa-nya oleh Leonardo Da Vinci, sang jenius yang boleh dibilang absurd.

Di tempat lain, Silas tertipu oleh rahasia bohongan yang diberikan 4 orang petinggi Biarawan Sion. Seorang biarawati yang melihat Silas berusaha mengambil kertas tersebut berusaha menghubungi 4 nomor yang diberikan terdahulu, andai kata seseorang berusaha mengambil apa yang tersimpan di lantai bawah gereja. Silas yang marah terpaksa membunuh lagi untuk membungkam kejahatannya yang diatasnamakan untuk Tuhan.

Pengejaran pun berlanjut sehingga Robert Langdon dan Sophie Neveu terpaksa berlindung ke rumah salah satu kawan Langdon, Sir Leigh Teabing. Langdon percaya bahwa rahasia yang disembunyikan Sauniere sebagai seorang anggota Biarawan Sion adalah mengenai The Holy Grail. Teabing merupakan seorang pencari Grail.

Di rumah Teabing ternyata Silas tengah mengintai mereka untuk mendapatkan cryptex tersebut. Silas dan Uskup Aringarosa dipandu oleh Guru, seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Melalui informasi dari Guru inilah Silas mengetahui dimana cryptex tersebut berada. Saat Silas berusaha mencuri cryptex, ia berhasil dijatuhkan oleh Teabing yang mengayunkan tongkatnya ke paha Silas. Paha Silas merupakan titik lemahnya karena disanalah tempat cilice berada. Cilice merupakan semacam ikat pinggang dengan duri yang digunakan untuk pematian jasmaniah, salah satu ajaran Opus Dei. Silas ditahan sebagai sandera dan Langdon, Sophie, Teabing serta pelayannya, Remi, kabur ke Inggris dengan jet pribadi. Mereka ke Inggris karena dari kode dibawah kotak penyimpan cryptex tersebut, yang menyebutkan adanya makam prajurit dan Teabing percaya makam itu ada di Inggris.
Silas
Sesampainya di Inggris, ternyata 'makam' yang dipercaya oleh Teabing hanyalah semacam patung. Kemudian Remi membebaskan Silas dan mereka berdua merebut cryptex serta menyandera Teabing. Ternyata Remi juga merupakan anak buah Guru. Sophie dan Langdon pergi untuk melaporkan penculikan Teabing dengan menelepon polisi Inggris. Ternyata mereka disambungkan ke Fache, pimpinan polisi Prancis hanya untuk mengetahui bahwa mereka tidak lagi dicurigai sebagai pembunuh Sauniere.

Langdon dan Sophie pergi tanpa cryptex untuk tetap berusaha memecahkan kode untuk cryptex kedua. Sebelumnya di atas jet menuju ke Inggris, cryptex tersebut sudah dipecahkan dan mereka menemukan cryptex kedua yang lebih kecil di dalamnya. Pencarian di sebuah perpustakaan teologi mengarahkan mereka ke makam pahlawan sebenarnya yang dimaksud, Sir Isaac Newton.

Sang Guru ternyata meninggalkan pesan bagi mereka berdua di makam tersebut dengan menawarkan untuk membebaskan Sir Leigh Teabing yang sebelumnya menjadi sandera. Mereka berdua pergi menemui Sang Guru dan mendapati bahwa Guru, dalang di balik semua ini adalah Teabing sendiri. Pada akhirnya Langdon berhasil berpura-pura ingin mengambil kesepakatan untuk mencari Grail bersama Teabing. Namun dengan cerdik Langdon mengakali Teabing sekaligus memecahkan kode cryptex kedua. Fache segera datang menangkap Teabing karena Teabing menunjukkan kartu pengenalnya ke penjaga bangunan tempat makam Sir Isaac Newton.
Sir Leigh Teabing
Diketahui sudah bahwa Opus Dei dan Vatikan telah terperdaya oleh Teabing yang memasang penyadap dimana-mana. Teabing sendiri mencari Grail karena hasratnya untuk menemukan rahasia itu semata. Pada akhirnya Sophie menemukan nenek dan adiknya yang ternyata belum mati. Langdon juga akhirnya menemukan Grail.


***

Berantakan ya? Banget.

Harus diakui susah untuk membuat spoiler The Da Vinci Code karena satu penggalan cerita akan terasa ganjil tanpa penggalan lainnya. The Da Vinci Code dibangun dari berbagai penggalan yang saling mendukung satu sama lain.

Apa itu Grail? Di rumah Teabing, Grail dijelaskan. Ternyata Grail dipercaya memberi kekuatan pada Prajurit Templar jaman dulu. Grail sendiri diceritakan saat dipindahkan dimuat di 4 peti besar. Grail dipercaya merupakan makan Maria Magdalena serta banyak dokumen lainnya.

Melalui buku ini kita akan disuguhkan informasi yang mungkin kita sendiri belum tau. Banyak juga diantaranya yang menggugah iman sehingga rasanya sulit untuk tidak merasa tersinggung, terutama bagi penganut fanatik suatu aliran agama. Tetapi karena ini merupakan buku fiksi, walaupun mengandung fakta tetapi kita tetap harus percaya pada iman kita. Bagaimanapun juga beberapa diantaranya hanya merupakan informasi kontroversial yang dirangkum secara apik oleh Dan Brown. Di buku ini kalian juga akan melihat kejeniusan Leonardo Da Vinci.

Keunikan dari Dan Brown sendiri adalah banyak mengambil nama tokoh dari tokoh di dunia nyata. Editor Robert Langdon, Jonas Faukman, ternyata diambil dari nama editor Dan Brown sendiri, Jason Kaufman. Lalu pimpinan bank Swiss, Andre Vernet, pada kenyataannya memang tokoh nyata meskipun di dunia nyata, Vernet bukanlah seorang bankir.

Rate 4.7 / 5.0


NEXT PROJECT: Cross Game by Adachi Mitsuru ^^

---

[UPDATE 16 April 2014]
Jadi post yang gue buat diatas, kira-kira dibuat ketika gue masih kelas 10 awal. Nah, kali ini dengan berbagai pengetahuan dan pencerahan baru #cieh gue mau membagikan beberapa informasi soal kerancuan atau kesesatan informasi di buku ini. Gue bisa menjelaskan ini setelah baca beberapa situs yang sebenernya tanpa sengaja sih, dan akhirnya mendorong gue untuk membaca lebih tentang Kekristenan. Salah satu website yang membantu gue menjelaskan adalah website ini.

Ketika pertama kali baca bukunya, gue belum bisa menjelaskan dengan data-data dan fakta yang kuat. Tapi sekarang gue mendapat salah satu penjelasan akan kefiksian dari cerita ini. Jadi Yesus Kristus tidak 'dinobatkan' menjadi Tuhan ketika ada Konsili Nicea (yang bisa kalian baca di website yang telah gue kasih) melainkan memang sejak zaman pengkotbahan Paulus yang berabad-abad lalu juga sudah diimani sebagai Tuhan. Konsili Nicea sendiri diadakan pada abad ke-3 dan pengadaannya bertujuan untuk mengatasi ajaran bidaah Arianisme yang menanggap kalau konsep Trinitas sulit untuk ditangkap melalui nalar dan memilih untuk menyederhanakannya dengan cara menganggap Yesus Kristus tidak setara dengan Allah Bapa. Nah, Konsili Nicea bertujuan untuk meluruskan hal ini sehingga kemudian lahirlah doa Credo atau Aku Percaya dalam agama Katholik. Gara-gara baca ini sekarang jadi lebih menghayati nih kalo gue lagi doa Aku Percaya :'D

Sekian tambahan informasinya, mungkin akan di-update lagi kalau ada kesempatan. :)

2 comments:

  1. Bagus loh sbnernya da vinci code tpi udh bbrpa kali di tentang sma agamawan dan gereja cause membawa teori konspirasi gereja yang masih "abu2" kejelasannya

    ReplyDelete