Saturday, December 22, 2012

Review: Maryamah Karpov by Andrea Hirata

Yep, seperti yang gue sampaikan di sini, project terakhir gue adalah Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Sebetulnya buku ini udah keluar lama banget, yaitu pada November 2008. Karya pertama dari tetralogi ini sendiri, yaitu Laskar Pelangi, dicetak pertama kali pada tahun 2005. Telat banget ya gue..

Parahnya lagi, gue baru tau mengenai tetralogi ini pada 2009 ketika Laskar Pelangi difilmkan dan nge-booming banget. Kelas gue sampe berdiskusi, kemanakah A Ling? Gue inget banget waktu itu gue masih kelas 6 SD dan lagi mau persiapan UAS. Bangkunya diacak dan secara kebetulan gue semeja sama Laura. Kita berdua kena demam-demam Laskar Pelangi juga nih.

Biarpun fals (dua-duanya!!!) kita sering nyanyi-nyanyi kecil Laskar Pelangi oleh Nidji. Kocaknya karena kita masih kecil dan lupa-lupa inget lirik, kita nyanyinya asal aja.

"Laskar pelangi
Tak kan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa.."

..dan sampailah ke bagian Reff.

"Berlarilah dan terus tertawa"

Kita merasakan keanehan.

Lau : Ih kok gila ya lari sambil ketawa?
Gue : Iya ya wkwk

Kita berdua pun ngakak ngetawain Nidji. Faktanya setelah gue browsing lirik aslinya ternyata yang bener itu, menarilah dan terus tertawa. Parahnya, gue baru tau 5 menit yang lalu. God, why..

Sebetulnya gue bisa menyelesaikan novel ini berbulan-bulan sebelumnya kalau bukan karena menghilangnya buku ini secara tiba-tiba di perpustakaan LIA Pramuka (ya, salah satu motivasi gue masuk ke yang Pramuka adalah perpustakaannya.).  Sewaktu gue mau minjem ternyata ada orang lain yang minjem dan ga balik-balik ke perpustakaan itu sampai gue lupa sendiri sama bukunya. Dan kemarin, ternyata gue menemukan buku ini! Yay!

Ayuk lah kita langsung bahas review-nya sekaligus menjawab pertanyaan dari dulu, kemanakah A Ling?


***

Maryamah Karpov oleh Andrea Hirata.

[SPOILER ALERT]


Buku diawali dengan berbagai kisah ringan mulai dari kesalahan dalam kenaikan jabatan Ayah Ikal yang akhirnya merembet ke kisah sidang tesis Ikal, yang merupakan Andrea Hirata. Kemudian kisah berkembang dengan menceritakan Ikal yang pulang ke Belitung dan mengalami perubahan lingkungan drastis, dari hiruk pikuk Eropa yang elegan menjadi suasana pahit di tanah air.

Buku ini lebih banyak menceritakan kehidupan Ikal selebihnya di Belitung, menitikberatkan pada masyarakat Belitung. Terlihat bahwa Maryamah Karpov memiliki lebih banyak humor dibandingkan buku lainnya, misalnya dengan menceritakan nama-nama julukan masyarakat kampung. Lalu peristiwa pecabutan gigi Ikal yang dramatis di klinik gigi Dokter Diaz, serta permainan kata yang menarik.

Suatu hari ditemukan dua mayat dengan rajah kupu-kupu yang memiliki kaitan dengan A Ling. Akhirnya Ikal mendapat informasi bahwa mungkin saja A Ling terjebak ketika ingin menyeberang ke Singapura untuk memperbaiki nasib. Demi mencari A Ling, Ikal pun membangun sebuah perahu dengan bantuan perhitungan fisika Lintang yang jenius dan kejeniusan imajinasi serta kelihaian Mahar dalam dunia mistis.

Pada akhirnya A Ling diketemukan di Pulau Batuan, tempat dimana para lanun kejam pimpinan Tambok bersarang. Di kepulauan kecil ini banyak sekali sandera yang berusaha menyeberang juga secara ilegal. Tetapi akhirnya mereka berhasil menemukan A Ling dan membawanya kembali ke Belitung. Diceritakan juga bahwa Ikal ingin meminang A Ling tetapi terhalang oleh pertidaksetujuan ayahnya.

***

Hal yang disayangkan dari Maryamah Karpov adalah kisahnya semakin menyerupai fiksi terutama dari adegan Ikal membuat perahu. Deskripsi luar biasa yang dapat dilihat pada Edensor tentu saja didukung oleh fakta bahwa penulis memang menempuh pendidikan di Sorbonne, Paris dan Inggris. Tetapi di Maryamah Karpov terdapat banyak adegan yang kurang meyakinkan deskripsinya dan dapat disimpulkan bahwa disini lebih didominasi oleh fiksi.

Contohnya dapat dilihat lagi-lagi saat membuat perahu. Kemanakah ayah dan ibu Ikal yang sangat ditonjolkan di cerita-cerita awal? Ketika Ikal dicemooh seluruh desa tampaknya ayah dan ibu Ikal "menghilang" begitu saja padahal Ikal masih tinggal bersama mereka. Selain itu kemunculan Laskar Pelangi yang ganjil dan kepergiannya juga sama mendadaknya seperti kemunculannya. Mereka hanya diceritakan sekilas dan mungkin hanya Kucai yang benar diceritakan sedang bergelut di bidang politik (pencarian di google menunjukkan bahwa Kucai menjadi anggota DPRD setempat). Selebihnya? Hanya diceritakan dalam satu kalimat mungkin. Ketika dikatakan Laskar Pelangi akan membantu Ikal, pada kenyataannya setelah pertemuan di pondok pembuat kapal, mereka semua tak ketahuan rimbanya apalagi Flo dan Sahara. Lalu mengapa mereka dikisahkan muncul jika hanya menjadi figuran?

Lalu siapakah Maryamah Karpov? Maafkan saya jika kurang teliti, tapi bahkan tokoh ini hanya dijelaskan sekilas tanpa dialog. Penjelasan dalam Sang Pemimpi mungkin akan lebih menjelaskan siapakah Maryamah Karpov ini.

Merupakan fakta yang menyedihkan sebab pembaca, terutama saya, menaruh banyak harapan pada tokoh A Ling yang sepertinya sudah memikat dari awal kemunculannya di Laskar Pelangi, bagaimana ia menginspirasi seorang Andrea Hirata untuk mencari Edensor. Ternyata akhirnya menggantung dan justru saya kini menyangsikan keabsahan tokoh A Ling.

Meskipun begitu, Maryamah Karpov tetap merupakan hasil karya tulis yang luar biasa (tentunya di luar novel favorit saya, Edensor.). Judulnya chapter yang dinamakan menjadi: mozaik, memang sangat menggambarkan kisah itu sendiri sebagai potongan mozaik. Andrea dengan jenius menemukan gaya penulisannya dan mampu menghubungkan berbagai potongan cerita menjadi satu kesatuan, mampu mengalirkan cerita menuju ke alur selanjutnya dengan epik.

Andrea Hirata juga mampu menggambarkan keadaan tanah air, dimana ketidakadilan terjadi dalam satu kesatuan nusantara. Terlepas dari keraguan mengenai keabsahan cerita, sangat disayangkan apabila tokoh Lintang yang jenius memang nyata. Dia yang bahkan mampu menjadi Einstein Indonesia terpaksa menyerah pada permainan nasib. Tak dapat dipungkiri Andrea Hirata merupakan salah satu aset literatur Indonesia yang berharga.

Rate: 4.0 / 5.0


***
NEXT PROJECT: The Da Vinci Code by Dan Brown.

No comments:

Post a Comment