KARYA ILMIAH
TUGAS SMP MARSUDIRINI CAWANG
(COVER NOT INCULDED)
Passion for knowledge
Halaman Pengesahan
Karya tulis
“Kiat Meningkatkan Prestasi Anak”
disusun oleh:
Angela Monalisa Kurniawan / 9B / 04
Telah disahkan pada,
hari : Kamis
tanggal : 23 Febuari 2012
Penyusun
Angela Monalisa Kurniawan
Pembimbing
Paulus Doni Riatmanto
Daftar Isi
Daftar Isi 1
Kata Pengantar 3
Halaman Persembahan 4
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Masalah yang Terjadi Pada Anak Sekarang 5
1.2. Kesalahan Anggapan Orang Tua dalam Mendidik 5
1.3. Kekhawatiran Bagi Generasi Masa Depan 7
ISI
BAB II. HAMBATAN PADA PERKEMBANGAN PRESTASI
2.1. Kurang Memiliki Inner Sunshine 8
2.1.1. Penyebab 8
2.1.2. Ciri-ciri 9
2.2. Kurang Percaya Diri 9
2.2.1. Penyebab 10
2.2.2. Ciri-ciri 10
2.3. Kesulitan dalam Menari dan Berolahraga 10
2.3.1. Penyebab 11
2.3.2. Ciri-ciri 11
2.4. Kesulitan dalam Memberi Perhatian dan Konsentrasi 11
2.4.1. Penyebab 12
2.4.2. Ciri-ciri 12
2.5. Kesulitan dalam Pemahaman 13
2.5.1. Penyebab 13
2.5.2. Ciri-ciri 14
2.6. Kesulitan dalam Mendengarkan dan Menyimak 14
2.6.1. Penyebab 14
2.6.2. Ciri-ciri 15
2.7. Kesulitan dalam Membaca 15
2.7.1. Penyebab 15
2.7.2. Ciri-ciri 16
BAB III. FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN PRESTASI
3.1. Cara Belajar
3.1.1. Menyusun Rencana Kegiatan Belajar 17
3.1.2. Membaca 18
3.1.3. Mengingat dan Memusatkan Perhatian 19
3.1.4. Mendengar 20
3.1.5. Membuat Catatan 21
3.1.6. Menghadapi Ujian 21
3.2. Brain Gym 22
3.3. Hypnoparenting 24
3.4. Gaya Belajar 25
3.4.1. Gaya Belajar Visual (Penglihatan) 26
3.4.2. Gaya Belajar Auditori (Pendengaran) 27
3.4.3. Gaya Belajar Kinestetik (Gerak) 28
3.5. Pengaruh Makanan terhadap Prestasi Anak 30
3.6. Faktor Lain-lain
3.6.1. Perpustakaan 31
3.6.2. Lingkungan Belajar 32
3.6.2. Kesehatan 32
PENUTUP
BAB IV. PENUTUP
4.1. Manfaat Anak yang Berprestasi bagi Sesama 34
4.2. Ajakan untuk Membangun Diri Anak Sejak Dini 34
BAB V. KESIMPULAN 36
BAB VI. SARAN 37
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA 38
Kata Pengantar
Telah banyak kita lihat pada generasi masa kini, terutama remaja. Tawuran, pergaulan bebas, bahkan kita ambil dari contoh paling sederhana, cara berpakaian. Pada wanita, cara berpakaian dengan busana minim tentu saja sama sekali tidak mencerminkan budaya timur. Adanya globalisasi telah mencampuradukan budaya barat dengan budaya timur.
Tentu saja tidak ada yang salah dengan hal-hal itu. Tetapi justru dari hal kecil seperti ikut dapat kita pikirkan dan prediksikan, akan seperti apa generasi masa depan? Jika dalam moral saja sudah merosot, bagaimana dengan hal pendidikan?
Hal-hal di atas turut melandasi penulis untuk turut berpikir dalam mengatasi permasalahan tersebut. Jika dibiarkan berlarut-larut, apa yang akan terjadi dengan generasi masa depan tentunya sangat megkhawatirkan.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis pertama-tama ingin berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tanpa berkatNya maka sungguh tidak mungkin penulis dapat melaksanakan penulisan karya ilmiah ini. Karena penyertaanNya pula semua pihak yang ikut terlibat dapat turut serta membantu penulisan karya ilmiah ini.
Penulis juga turut ingin berterima kasih kepada rekan-rekan teman sekolah yang turut mendukung, kepada Pak Paulus Doni selaku pembimbing atas nasehat-nasehatnya yang berharga, dan kepada orang-orang terdekat yang telah menyediakan sarana dan prasarana yang saya butuhkan.
Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, dan semoga sukses dalam membangun pribadi anak yang berprestasi!
Jakarta, Februari 2012
Penulis
Halaman Persembahan
Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk:
seluruh pembaca dari segala usia di seluruk Indonesia yang turut prihatin dan ingin memberikan bantuan untuk masa depan yang lebih baik, baik dengan memperbaiki dirinya sendiri maupun orang lain.
I. Pendahuluan
1.1. Masalah yang terjadi pada anak sekarang
Di jaman sekarang ini, standar pendidikan telah meningkat jauh, berbeda dengan di masa lampau. Seiring dengan bermunculannya teori-teori baru dan tuntutan karier masa depan anak, kurikulum-kurikulum pelajaran terus diperbaharui. Padahal, belum tentu anak jaman sekarang lebih berpotensi daripada anak pada masa lampau.
Globalisasi memicu adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia. Hal ini menuntut anak jaman sekarang agar lebih terpacu untuk mengikuti standar pendidikan. Padahal dapat kita lihat bahwa sebenarnya hanya kurikulumnya saja yang diperbarui, tetapi semangat atau motivasi anak untuk belajar justru menurun dari waktu ke waktu.
Anak jaman sekarang telah dimanjakan dengan tersedianya berbagai fasilitas dan teknologi yang mendukung. Dapat dikatakan bahwa teknologi di bidang hiburan yang sangat canggih jaman sekarang ini ‘menggoda’ anak-anak jaman sekarang. Kita semua juga pasti sadar, siapa yang tidak suka bermain? Anak-anak jaman dulu terbiasa hidup sulit sehingga bagi mereka sekolah merupakan sesuatu yang ‘wah’. Tetapi sekarang ini anak-anak terutama pelajar menganggap sekolah sebagi sesuatu yang menyulitkan, membosankan, bahkan mengganggu waktu bersantai mereka.
1.2. Kesalahan anggapan orang tua dalam mendidik
Dalam menghadapi anak mereka, kebanyakan orang tua terlalu terbawa emosi sehingga tidak memikirkan lebih lanjut dampak perbuatan mereka. Anggapan lama bahwa anak hanya bisa menurut jika ‘dikerasi’ melekat pada pikiran hampir semua orang tua. Jika anak gagal dalam ulangan, dihukum. Jika anak malas belajar, dipukul. Jika anak malas ke sekolah, bukannya dinasihati tetapi dimarahi. Semua kesalahan ini memupuk diri anak yang tidak baik.
Jika terdapat orang tua yang terlalu peduli terhadap nilai anak sehingga rajin menghukum anak, ada pula mereka yang terlalu cuek. Terlalu cuek dalam arti mereka terlalu sibuk terhadap pekerjaan dan tidak memerhatikan nilai putra-putri mereka di sekolah. Tak hanya itu, beberapa bahkan terlalu mempercayakan anak mereka kepada orang lain sehingga tidak mengetahui perkembangan anak mereka. Ada pula mereka yang tahu tentang tabiat buruk anak mereka tetapi memilih untuk mengabaikannya saja.
Anak merupakan individu yang memiliki ciri khas masing-masing. Cara belajar anak juga disesuaikan dengan karakternya. Ada anak yang memiliki gaya belajar auditori, visual, dan kinestetik. Tetapi hal ini kurang begitu diperhatikan. Cara belajar anak lebih cenderung ditekankan ke pola visual atau auditori melalui pendidikan formal di sekolah. Hal ini tentu tidak efektif bagi anak yang memiliki gaya belajar berbeda, sehingga kita sebagai orang tua harus menyesuaikannya.
Dengan adanya berbagai kesalahan orang tua dalam mendidik, yang seharusnya orang tua merupakan pemberi contoh yang baik, malah membuat orang tua sebagai figur yang buruk. Dengan adanya semua hukuman itu, anak tidak mendapatkan motivasi asli yang tumbuh dalam dirinya untuk bersekolah. Mereka terlalu termotivasi agar tidak dihukum sehingga menghalalkan segara cara untuk mendapat peringkat di kelas. Ada juga anak yang menganggap sekolah sebagai musuh. Sebagian anak itu menyalahkan sekolah, sebab karena sekolah mereka mendapatkan hukuman. Tentu saja pertama-tama semua akar permasalahan ini juga harus dituntaskan terlebih dahulu.
1.3. Kekhawatiran terhadap generasi masa depan
Salah satu faktor yang melandasi pembuatan karya ilmiah ini adalah, kekhawatiran terhadap generasi masa depan. Ketakutan akan munculnya generasi pembohong, pemalas, atau generasi yang tidak berkualitas. Padahal masalahnya sepele, hanya karena masa kecil mereka tidak teratasi dengan baik.
Sekarang ini kita telah banyak melihat, berapa banyak anak kecil yang sudah dapat berkata kasar. Berapa banyak diantara mereka yang mencuri karena orang tua tidak mengabulkan permintaan yang wajar bagi anak-anak, semisalkan saja sebuah balon?
Generasi masa depan adalah penerus kita. Mereka merupakan anak-anak kita sehingga sudah sepatutnya kita menerapkan cara-cara yang baik agar dapat membentuk pribadi yang baik sejak dini.
II. Hambatan pada Perkembangan Prestasi
2.1. Kurang Mempunyai Inner Sunshine
Inner sunshine dapat juga disebut motivasi atau semangat diri. Anak dengan inner sunshine rendah memiliki potensi lebih kecil dalam memenuhi harapan orang tuanya atau bahkan harapannya sendiri karena ia tidak meyakini dirinya sendiri.
2.1.1. Penyebab:
1. Anak-anak dengan inner sunshine kurang baik biasanya underachiever alias memiliki motivasi yang rendah dengan tingkat kecemasan yang terlalu tinggi. Mereka sering mengalami kegagalan dalam memenuhi tuntutan dan harapan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah orang tua, keluarga, guru-guru, atau teman-teman sebaya. Disadari atau tidak, orang tua dan guru, sering kali membebani anak dengan tuntutan dan harapan yang tinggi agar anak mendapat nilai bagus di semua mata pelajaran atau mewajibkan anak membantu mengurus pekerjaan rumah tangga dan menjaga adik-adiknya. Tekanan dan tuntunan lingkungan yang tidak dapat dipenuhi anak menyebabkan anak merasa down, motivasi dan semangatnya juga akan menurun.
2. Selain faktor dari luar, ada juga faktor internal yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Misalnya saja, anak-anak berkebutuhan khusus yang membawa faktor alamiah seperti autisma, gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas yang mereka warisi dari orang tuanya. Anak-anak ini memiliki kendala-kendala belajar dan faktor gerak yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Kendala ‘perbedaan’ ini membuat anak-anak berkebutuhan khusus cenderung gampang tertekan, merasa down, dan perlahan-lahan inner sunshine mereka menjadi buruk.
2.1.2. Ciri-ciri
Anak yang mempunyai inner sunshine kurang baik akan menunjukkan tanda-tanda berikut.
1. Anak sering cemberut, jarang tersenyum apalagi tertawa bersama teman-temannya.
2. Anak kurang suka berteman dan bersosialisasi.
3. Anak cenderung murung dan melihat segala sesuatu dari sisi buruknya.
4. Anak memiliki kecemasan yang tinggi.
2.2. Kurang Percaya Diri
Sifat pemalu akan muncul jika anak merasa kurang percaya diri. Anak ini menganggap bahwa teman-temannya pintar dan berbakat, sementara ia tidak merasa pintar atau memiliki bakat khusus. Ia juga merasa selalu gagal memenuhi harapan guru dan orang tuanya.
Orang tua pasti menginginkan anakanya mempunyai rasa percaya diri atau yang lebih sering disingkat PD. Rasa percaya diri ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan anak dalam pendidikan dan pergaulan serta menjadi salah satu ciri anak yang maju dan mandiri. Dengan berbekal rasa PD tersebut, anak akan lebih cepat mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, baik dari segi kognitif, mental, maupun motoriknya.
2.2.1. Penyebab
1. Terdapat jarak yang terlalu jauh antara harapan, keinginan, dan gambaran ideal anak terhadap dirinya denga kenyataan yang ada.
2. Anak kerap diperolok atau digertak berlebihan karena berbagai hal.
3. Anak sering dibandingkan dengan orang lain yang lebih berhasil. Hal ini dapat menyebabkan anak mengembangkan rasa mindernya.
4. Anak sering mengalami perasaan negatif yang kuat. Mereka butuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua, keuarga, dan gurunya. Anak juga sangat membutuhkan waktu bersosialisasi dan membangun hubungan pertemanan dengan teman-teman sebayanya. Karena itulah, perasaan negatif seperti penolakan dari orang tua, guru, atau teman sebayanya dapat menyebabkan anak tumbuh menjadi anak yang minder karena ia merasa tidak diinginkan.
2.2.2 Ciri-ciri
1. Anak cenderung mudah putus asa.
2. Anak kerap meminta bantuan yang bersifat verbal.
3. Anak cenderung berpikir dengan cara negatif dan bersikap pesimis.
4. Anak cenderung diam dan menarik diri dari lingkungan.
2.3. Kesulitan dalam Menari dan Berolahraga
Kadang kala kita tidak menyadari bahwa yang dialami anak merupakan sesuatu yang menghambat perkembangannya. Misalkan saja orang lebih menyukai mereka yang rajin membaca atau belajar komputer. Kita tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya lemah dalam menari dan berolahraga. Padahal untuk mengembangkan prestasi, semua hal tersebut harus seimbang. Apalagi dewasa ini menari dan olahraga termasuk dalam pengambilan nilai untuk raport. Anak tentunya tidak boleh dibiarkan ‘hanya’ kutu buku. Permasalahan yang dialami anak dalam menari dan berolahraga ini berhubungan dengan kesulitan anak dalam mengorganisasikan gerak, olah tubuh, fleksibilitas, kecepatan, dan gerak koordinasi anggota tubuh.
2.3.1. Penyebab
1. Gangguan pada otak kecil (cerebellum) yang diakibatkan oleh cedera yang mungkin terjadi karena anak pernah terjatuh dan terluka di kepala bagian belakang.
2. Perkembangan fisik anak terhambat.
3. Anak kurang mendapat stimulasi dan kesempatan untuk berolah fisik.
4. Anak mengalami trauma tertentu, misalnya pernah jatuh ketika belajar menari atau berolahraga sehingga ia tidak mau mencoba lagi.
2.3.2. Ciri-ciri
1. Gerakan anak biasaya kurang terkoordinasi, kaku, tidak terkontrol, dan tidak fleksibel.
2. Gerakan anak kurang tepat. Misalnya terlambat mengangkat tangan untuk menangkap bola. Atau bisa juga ketika bola belum datang anak terlebih dahulu mengangkat tangan, sehingga seperti menangkap angin.
3. Anggota gerak tampak kaku atau kikuk pada saat digerakkan dan tidak mampu fleksibel.
2.4. Kesulitan dalam Memberi Perhatian dan Konsentrasi
Mereka yang memiliki kesulitan dalam memberi perhatian dan konsentrasi cenderung mudah sekali teralihkan perhatiannya. Sebagai contoh, saat sedang melakukan sesuatu lalu tiba-tiba ada suara penjual bakso, maka ia akan mudah sekali terganggu.
2.4.1. Penyebab
1. Anak lemah dalam atensi (kemampuan memperhatikan stimulus), rentang atensi (lama waktu memperhatikan stimulus), dan konsentrasi.
2. Anak mengalami gangguan organis semacam disfungsi minimal otak dan terganggu sistem pendengarannya.
3. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang, misalnya autisma, keterlambatan berbicara, GPPH (Gangguan Pemusatan Pikiran dan Hiperaktivitas) atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), retardasi mental, down syndrome.
4. Kapasitas fungsi otak tidak maksimal. Anak mengalami kesulitan mendengarkan, menyimak, dan memerhatikan kemungkinan disebabkan oleh disfungsi otak yaitu terdapat sedikit cedera pada otaknya karena pernah terjatuh atau terluka di bagian kepala.
2.4.2. Ciri-ciri
1. Cenderung sulit memfokuskan diri terhadap suatu tugas.
2. Anak tidak bisa mengerjakan aktivitas yang melibatkan duduk tenang.
3. Anak tidak bisa melakukan aktivitas yang melibatkan konsentrasi tinggi, seperti mengingat, menulis, dan membaca.
4. Anak mempunyai kemampuan rentang atensi (attention span) yang buruk. Rentang atensi adalah kemampuan anak untuk mengerjakan sesuatu dalam waktu yang lama. Jadi kalau anak diharuskan belajar selama 30 menit, misalnya, selama itulah ia harus tetap belajar. Apabila anak memiliki rentang atensi yang buruk, ia tidak dapat memfokuskan dirinya selama itu dan mungkin baru 10 menit belajar, anak sudah berlari-larian.
5. Anak mempunyai kemampuan membagi perhatian (devided attention) yang buruk.
6. Anak memiliki kemampuan memindahkan sarensi (alternate attention) yang buruk. Alternate attention adalah kemampuan untuk kembali ke fokus perhatian saat ada distraksi (pengalihan perhatian).
7. Anak tidak bisa memfokuskan perhatian (focused attention).
8. Anak tidak merespon panggilan nama.
2.5. Kesulitan dalam Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk memahami stimulus atau rangsangan yang berupa suara, visual atau gambar, tulisan, bacaan, tugas, dan juga percakapan. Pemahaman sangat penting dalam pembelajaran dan komunikasi. Anak yang mengalami kesulitan dalam pemahaman akan menemui kendala yang cukup besar dalam proses belajarnya karena semua ilmu yang diperoleh akan sia-sia bila ia tidak memahaminya. Anak juga akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi apabila mempunyai masalah dalam pemahaman.
2.5.1. Penyebab
1. Perbendaharaan kosa kata dan konsep anak masih kurang.
2. Kapasitas fungsi otak tidak maksimal. Anak yang mengalami kesulitan dalam pemahaman kemungkinan karena ia mengalami disfungsi minimal otak akibat cedera pada otaknya.
3. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang, misalnya autisma, keterlambatan berbicara, GPPH (Gangguan Pemusatan Pikiran dan Hiperaktivitas) atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), retardasi mental, down syndrome.
4. Anak mengalami kebingungan konsep bahasa dari awal. Hal ini dapat terjadi pada keluarga yang memaksakan penggunaan bilingual di rumah sebelum anak benar-benar paham bahasa ibu-nya. Kebingungan ini menyebabkan konsep bahasa anak kacau dan menyebabkan anak sulit memahami sesuatu.
2.5.2. Ciri-ciri
1. Anak cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk ‘tersambung’ dengan pembicaraan atau hal yang sedang dibahas alias ‘lola’.
2. Anak sulit mengerti maksud dari perkataan orang lain.
3. Anak sulit mengerti dan memahami bacaan. Kemungkinan anak lancar membaca, tetapi sama sekali tidak memahamu materi apa yang dibacanya.
2.6. Kesulitan dalam Mendengarkan dan Menyimak
Apabila seorang anak mengalami kesulitan dalam mendengar, merespon panggilan atau tugas, dan kurang menyimak stimulus auditori, tentu ini menjadi permasalahan.
2.6.1. Penyebab
1. Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan kemungkinan juga hiperaktif.
2. Kapasitas fungsi otak tidak maksimal karena anak mengalami disfungsi minimal otak akibat cedera pada otaknya.
3. Anak mengalami kekurangan gizi.
4. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang, misalnya autisma, keterlambatan berbicara, GPPH (Gangguan Pemusatan Pikiran dan Hiperaktivitas) atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), retardasi mental, down syndrome.
2.6.2. Ciri-ciri
1. Anak cenderung tidak fokus pada perkataan orang lain.
2. Anak sulit mengerti hal-hal yang ia dengar.
3. Anak sulit mengulangi kembali pelajaran yang sudah diberikan.
4. Anak tidak mengerti tugas yang diberikan kepadanya.
5. Anak tampak tidak mendengarkan penjelasan orang lain.
6. Ketika ada yang memanggil namanya, ia sama sekali tidak menjawab atau menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
2.7. Kesulitan dalam Membaca
Membaca adalah kemampuan yang mutlak dimiliki oleh setiap manusia. Dengan membaca kita bisa tahu beragam informasi dan wawasan dari buku. Dengan membaca kita bisa tahu beragam informasi dan wawasan dari buku, surat kabar atau media lainnya. Jadi bisa dibayangkan betapa repotnya jika ternyata ada saudara atau anak kita yang belum lancar membaca.
2.7.1. Penyebab
1. Anak mengalami kesulitan membaca (disleksia).
2. Orang tua kurang memberi stimulus bacaan kepada anak sehingga anak kurang tertarik melakukan aktivitas membaca.
3. Faktor lingkungan yang tidak suka membaca juga akan mempengaruhi persepsi anak bahwa membaca adalah aktivitas yang tidak ada gunanya.
4. Kapasitas fungsi orak anak tidak maksimal.
5. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang, misalnya autisma, keterlambatan berbicara, GPPH (Gangguan Pemusatan Pikiran dan Hiperaktivitas) atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), retardasi mental, down syndrome.
2.7.2. Ciri-ciri
1. Anak dengan disleksia biasanya mengalami kesulitan membaca dan membedakan kata, sering terbalik menulis huruf atau kata, mengalami kesulitan mengasosiasikan suatu huruf dengan bunyinya.
2. Anak memiliki kesulitan dalam hal pengucapan atau pelafalan kata.
3. Anak mengalami kesulitan membedakan kata dan bunyi kata.
4. Anak mengalami kesulitan dalam mengurutkan huruf menjadi kata.
5. Mengalami kesulitan membaca kata yang ditulis ke bawah.
6. Memiliki kesulitan dalam memahami apa yang telah dibaca.
III. Faktor Pendukung Perkembangan Prestasi
3.1. Cara Belajar
Dalam usaha meningkatkan kemampuan belajar, sebaiknya kita perlu mengetahui beberapa kaidah belajar, faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, motivasi belajar, dan beberapa hal lain yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Ahli pendidikan dan psikologi telah berhasil, berdasarkan hasil penelitiannya, merumuskan kaidah-kaidah belajar yang antara lain mengungkapkan hal dan kegiatan apa yang dapat membuat kegiatan belajar itu berhasil. Kemudian ditetapkan juga faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegahalan belajar. Faktor-faktor itu adalah kecerdasan, keadaan belajar, sikap, fisik, emosi, social, lingkungan, dan guru.
Cara membentuk dan menghilangkan kebiasaan perlu diketahui, karena kegiatan pendidikan banyak menyangkut pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Orang yang belajar perlu memiliki motivasi belajar karena inilah yang mendorong orang untuk belajar. Waktu belajar lebih baik disebarkan daripada hanya 1 atau 2 kali saja walapun waktunya lebih panjang. Sebaiknya metode belajar yang digunakan adalah metode bagian daripada metode global. Kita akan lebih mampu mengingat dan menguasai pelajaran dengan sering mengulang-ulanginya.
3.1.1. Menyusun rencana kegiatan belajar
Dengan menyusun rencana kegiatan belajar, kita menetapkan dan menyediakan waktu yang khusus unyuk belajar dan untuk mereviu pelajaran. RKB juga mendisiplinkan kita dalam kegiatan belajar. Dalam penyusunan kita lakukan di luar jam kuliah, dan kemudian dihitung-hitung waktu yang tersedia untuk belajar. Waktu yang tersedia inilah yang dibagi-bagi untuk keperluan belajar dan kegiatan pribadi lainnya. Perlu disediakan waktu yang cukup untuk beristirahat.
Berikut ini disediakan contoh rencana kegiatan belajar dalam bentuk tabel. Nantinya waktu yang tersisa, yaitu (7x24 jam)-140 jam= 28 jam, digunakan untuk belajar dengan metode bagian.
Daftar Kegiatan
Kegiatan Waktu per minggu (jam)
Makan 14
Mandi dan berpakaian 6
Tidur 49
Sekolah 35
Pulang-pergi sekolah 12
Kegiatan tambahan 4
Olahraga 4
Menonton TV 8
Santai 8
Jumlah 140
3.1.2. Membaca
Kemampuan membaca besar peranannya dalam pendidikan. Sebagian besar pengetahuan siswa diperoleh dari media cetak, terutama buku-buku dan majalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu sebagai alat untuk menyerap pengetahuan dari media cetak, kemampuan membaca haruslah ditingkatkan agar siswa dapat belajar dengan efisien. Cara kita membaca ditentukan oleh maksud membaca. Ada empat jenis maksud membaca, yaitu untuk memperoleh informasi, untuk memahami, untuk mendalami bahan bacaan, untuk menilai bahan, dan untuk mencipta.
Dalam meningkatkan kemampuan membaca, ada beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan: pertama, menjadi pembaca yang aktif. Artinya sambil membaca kita mencatat pokok-pokok bacaan dan kita selalu mempertanyakan dengan kritis bahan; kedua, menambah perbendaharaan kita sebagai pembaca; dan ketiga, meningkatkan kecepatan kita membaca. Dengan memperhatikan maksud membaca dan dengan usaha peningkatan kemampuan kita membaca, kita akan dapat membaca dengan efektif dan efisien. Efektif artinya kita berhasil mencapai maksud dan tujuan kita membaca. Efisien artinya kita mencapai maksud dan tujuan kita membaca dengan menggunakan waktu yang sesedikit mungkin.
3.1.3. Mengingat dan memusatkan perhatian
Proses mengingat terdiri atas tiga tahap, yaitu memperoleh bahan yang akan diingat, menyimpan bahan dalam ingatan, dan mengeluarkan bahan dari ingatan. Ada beberapa faktor yang dapat membuat kita lupa; antara lain adalah: kurang memperhatikan bahan yang akan diingat, bahan yang akan diingat itu jarang atau tidak digunakan, dan gangguan dari kegiatan lain. Di antara cara meningkatkan kemampuan mengingat adalah membuat bahan yang akan diingat itu bermakna, bahan yang akan diingat itu diatur dan disusun, dibayangkan dalam pikiran, diperhatikan dengan baik, dan ada minat kita terhadap bahan itu.
Dalam berkonsentrasi, kita pusatkan perhatian kepada suatu sasaran. Yang menyebabkan kadang-kadang kita sulit memusatkan perhatian kita adalah kurangnya motivasi kita, kita berangan-angan, tugas terlampau banyak, dan letih, lapar, serta kurang sehat. Pemusatan perhatian dapat ditingkatkan dengan jalan memperbaiki sikap, mengatasi masalah emosi, menciptakan lingkungan yang menguntungkan, membangun kembali kebiasaan berkonsentrasi, mengatasi keletihan dan mengatur kegiatan-kegiatan kita yang berbagai ragam itu.
3.1.4. Mendengar
Kegiatan mendengar disempurnakan untuk membantu keberhasilan belajar. Ada beberapa penyebab yang membuat kita kurang baik mendengar, yaitu alat pendengaran yang kurang sempurna, kurang minat kepada pokok yang sedang dibicarakan, tidak senang kepada orang yang berbicara, kurang pemusatan pikiran, dan gangguan dari lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan kita mendengar: menjadi pendengar yang aktif, mencari alasan perlunya mendengar, mendengar dengan kritis, mengadakan persiapan untuk mendengar pokok yang akan dibicarakan, dan mempelajari gaya guru yang mengajar. Ini semua dapat dilakukan melalui latihan-latihan.
3.1.5. Membuat catatan
Membuat catatan yang baik sangat penting, karena catatan itu membantu kita mengingat isi kuliah, membuat kita aktif, dan mendorong kita mengembangkan isi catatan itu.
Banyaknya catatan yang dituliskan pada kertas catatan, bergantung pada isi pelajaran, pengetahuan kita mengenai topic yang dikuliahkan, dan sumber pengetahuan yang dapat kita peroleh atau yang kita miliki. Demi berhasilnya catatan yang kita buat, ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu kita lakukan pada saat sebelum mengikuti pelajaran, pada waktu sedang mengikutinya dan sesudah kuliah selesai.
Kemudian catatan yang kita buat perlu kita atur dan kita susun, sehingga terpelihara dan mudah kita gunakan pada waktu kita memerlukannya.
3.1.6. Menghadapi Ujian
Ujian diadakan antara lain untuk mengetahui sampai berapa jauh penguasaan siswa akan pelajarannya dan dimana letak kelemahannya dan penguasaan itu. Kemampuan kita dalam menguasai suatu bahan pelajaran, bukanlah hasil ujian, tetapi hasil usaha dan kegiatan belajar yang kita lakukan sebelumnya menghadapi ujian.
Persiapan menghadapi ujian meliputi kegiatan-kegiatan lama sebelum ujian dilakukan, seminggu sebelumnya, beberapa hari sebelum ujian dilakukan, seminggu sebelumnya, beberapa hari sebelum ujian, dan pada hari penyelenggaraannya. Cara yang terbaik adalah mempersiapkan diri semenjak awal semester, belajar setiap hari seolah-olah akan menghadapi ujian.
Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan sewaktu sedang menghadapi soal ujian adalah menjadwalkan waktu yang tersedia untuk menjawab soal dengan tepat, dan memberikan jawaban dengan logis dan sesuai yang dikehendaki oleh soal. Umumnya persiapan menghadapi ujian lisan dan ujian dengan buku terbuka hampir sama dengan persiapan menghadapi ujian tertulis lain.
Dengan selesainya ujian dan dengan diketahuinya hasil ujian, tidaklah berarti bahwa tugas yang sehubungan dengan ujian itu sudah selesai. Hasil ujian, baik yang menggembirakan maupun yang tidak memuaskan, haruslah dipelajari untuk digunakan dalam peningkatan prestasi belajar di masa yang akan datang.
3.2. Brain Gym
Brain gym atau senam otak dapat meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika yang akan sangat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dalam senam otak dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah, dan kreativitas).
Senam otak juga sangat baik untuk orang dewasa dan lanjut usia karena dapat mengurangi resiko stroke dan kepikunan. Senam otak dapat mengoptimalkan fungsi kinerja pancaindera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya ingat dan pengulangan kembali terhadap huruf/angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca, memori, dan kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa sehingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual.
Senam orak sering digunakan untuk terapi beberapa jenis gangguan pada anak-anak seperti:
• hipersensitivitas,
• ADD (Attention Difficulty Disorder atau gangguan pemusatan pikiran),
• EH (Emotional Handicaps atau gangguan emosional),
• FA (Fetal Alchohol Syndrome atau sindrom vayi), dan
• LD (Learning Disabilities atau gangguan kemampuan belajar).
Senam otak dapat menjadi aktivitas favorit anak sebelum belajar karena bersifat menyenangkan dan mudah dipraktikan. Beberapa keuntungan dan manfaat senam otak antara lain sebagai berikut.
• Anak dapat belajar dengan nyaman dan tanpa stres.
• Waktu yang dibutuhkan untuk senam otak cukup singkat sehingga tidak akan mengganggu proses belajar.
• Praktik senam otak dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa membutuhkan tempat dan bahan yang khusus.
• Senam otak dapat digunakan untuk membantu semua situasi, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
• Senam otak pada gilirannya dapat menciptakan kepercayaan diri anak.
• Senam otak segera menunjukkan hasil dan sangat efektif untuk menangani anak yang mengalami hambatan dalam belajar atau stres belajar.
• Senam otak diakui sebagai salah satu teknik belajar terbaik versi National Learning Foundation USA dan praktik senam otak telah menyebar ke seluruh dunia.
3.3. Hypnoparenting
Hypnoparenting berasal dari dua kata, yaitu hipsosis dan parenting. Hypnoparenting diartikan sebagai pengetahuan tentang mekanisme pikiran (yang mendasari hipnosis) yang diaplikasikan pada setiap aspek kegiatan mendidik dan mengasuh anak.
Hypnoparenting berusaha memetakan dan membuat sistemasi atau segala hal yang berhubungan dengan tugas orangtua. Semua ini ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran dan pengaruhnya terhadap masa depan seorang anak. Sudut pandang ini menjadi penting karena segala sesuatu berakar dari pikiran. Seperti Anda ketahui setiap manusia mulai dari anak-anak sampai dewasa, melakukan segala sesuatu karena memiliki pikiran. Segala hal tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak tidak akan berhasil jika kita gagal memahami cara kerja pikiran. Bayi berjalan karena melihat orang di sekitarnya berjalan. Jika selama 5 tahun pertama hidupnya ia hanya melihat orang di sekitarnya merangkak, maka mungkin saja dia juga akan merangkak dan selamanya tidak akan pernah berjalan tegak. Hal ini merupakan contoh mekanisme hipnosis yang paling sederhana.
Semua hal itu akan ditangkap oleh otak bawah sadarnya dan diproses sampai suatu saat si bayi mulai mencoba untuk berdiri tegak dan berjalan. Tetapi, karena tulangnya belum kuat maka ia akan terjatuh. Lalu melalui sugesti dari orang-orang di sekitarnya yang menyemangati sang bayi, maka seiring waktu akhirnya si bayi bisa berjalan.
Hypnoparenting sendiri memiliki prinsip bahwa semua yang dikatakan dan dilakukan orangtua sebenarnya adalah suatu proses hipnosis. Semua itu akan terpola pada pikiran bawah sadar anak. Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru karena tanpa disadari orangtua telah melakukan proses hipnosis pada anak sejak lama. Hal yang menjadi masalah sekarang adalah apakah hipnosis yang kita masukkan ke dalam pikiran bawah sadar anak merupakan hal yang positif atau negatif.
Hypnoparenting juga dapat dimaknai sebagai suatu metode peningkatan kualitas perilaku dan cara pandang anak dengan cara melakukan pemrograman.
Hypnoparenting bermanfaat dalam memperbaiki karakter anak. Melalui hypnoparenting, kepribadian anak dapat diperbaiki. Misalnya, anak yang malas belajar melalui hypnoparenting dapat memiliki motivasi tersendiri untuk belajar. Cara ini tentu saja lebih baik daripada mengajari anak secara langsung, yang terkadang membuat orang tua emosi sehingga mencari jalan pintas, yaitu hukuman. Padahal hukuman bisa membuat motivasi anak menjadi tidak murni atau menjadikan anak seorang pemberontak. Selain itu, dalam berbagai kasus hynoparenting juga terbukti mampu menyembuhkan masalah fisiologis.
3.4. Gaya Belajar
Sukses tidaknya seseorang dipengaruhi oleh jenis kecerdasan majemuk yang dimilikinya. Ada yang memiliki kecerdasan bahasa, kecerdasan logis matematis, kecerdasan parsial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecedasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan intra-pribadi, dan kecerdasan naturalis. Tetapi tentunya talenta Tuhan tersebut tidak dapat kita manfaatkan dengan baik tanpa diiringi oleh gaya belajar yang tepat.
Gaya belajar juga turut mempengaruhi prestasi seseorang dalam belajar karena tidak setiap orang memiliki cara belajar yang sama. Beberapa orang mencapai kegagalan karena cara belajar mereka yang salah. Padahal, setiap orang memiliki potensi dan karateristik yang berbeda.
3.4.1. Gaya belajar visual (penglihatan)
Gaya belajar visual (visuallearner0 menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti kongkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar si anak paham. Ciri-ciri yang memiliki gaya belajar visual, antara lain:
• Senantiasa berusaha melihat bibir guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran.
• Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
• Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya anak akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian ia sendiri akan bertindak.
• Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk) mengekspresikan dan menggantikan kata-kata) saat mengungkapkan sesuatu.
• Tidak suka bicara di depan kelompok dan tidak suka pula mendengarkan orang lain.
• Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan karena anak pada tipe ini lebih mudah mengingat dengan melihat.
• Biasanya dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa terganggu.
Kongkretnya, anak pada tipe ini lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, di samping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mendukung gaya belajar ini, ada beberapa pendekatan yang bisa dipakai, antara lain:
• Pasang kertas bergambar yang berisi kata-kata mutiara/kata-kata bijak yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi pada anak dalam belajar dan meraih cita-citanya.
• Perhatikan penerangan. Karena gaya belajar ini didominasi oleh indra penglihatan.
• Taruh whiteboard atau sejenisnya di dekat meja belajar untuk menempelkan catatan-catatan kecil atau jadwal-jadwal penting.
• Tuangkan ide anak secara tertulis.
3.4.2. Gaya belajar auditori (pendengaran)
Gaya belajar auditori (auditory learners) mengandalkan indra pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karateristik model belajar ini benar-benar menempatkan indra pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dahulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri anak yang memiliki gaya belajar auditori, antara lain:
• Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.
• Cenderung banyak omong dan tidak suka membaca.
• Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
Agar dapat membantu anak tipe ini, Anda harus pandai-pandai mencari kiat dan strategi yang jitu untuk membantu kemampuan belajar anak. Kiat yang bisa Anda gunakan, antara lain:
• Bekali anak dengan tape untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
• Bacakan informasi yang diminati anak. Selanjutnya ringkas materi tersebut dan direkam untuk kemudian dipahami.
• Usahakan menaruh TC atau radio jauh dari tempat belajar, karena anak dengan gaya belajar ini cenderung peka terhadap bunyi.
• Lagukanlah apapun yang ingin anak ingat.
• Penegakan disiplin cukup dengan kata-kata.
3.4.3. Gaya belajar kinestetik (gerak)
Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learner) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karateristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya.
Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus mendengar penjelasannya. Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tidak tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran. Tidak heran kalau individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik. Ciri-ciri lain secara umum anak yang dominan mempunyai gaya belajar kinestetik, antara lain:
• Banyak melakukan aktivitas fisik ringan saat berbicara atau belajar.
• Pandai meniru mimik muka atau gerakan orang lain.
• Tempo bicaranya lambat, dengan intonasi suara berat.
• Bola mata cenderung bergerak-gerak ke bawah saat berpikir.
• Selalu berpindah-pindah tempat saat belajar.
• Mempelajari hal-hal yang abstrak seperti simbol matematika, peta, dan sebagainya, dirasa sulit oleh anak dengan gaya belajar ini.
• Cenderung terlihat “agak tertinggal” dibandingkan teman sebayanya. Padahal hal ini disebabkan oleh tidak cocoknya gaya belajar anak dengan metode pengajaran yang selama ini diterapkan di sekolah-sekolah.
Berikut ini strategi yang dapat diterapkan bagi pembelajar kinestetik.
• Perbanyak frekuensi istirahat, bukannya lama istirahat.
• Pasang poster bergerak di kamar belajar anak.
• Penegakan disiplin tidak cukup hanya dengan verbal karena tak berpengaruh. Perlu digunakan cara time out.
Di antara ketiga jenis belajar tersebut, mana yang lebih baik? Tidak ada gaya belajar yang paling benar dan baik. Semua gaya belajar akan sesuai jika pembelajar mengenali gaya belajar yang paling cocok untuk dirinya. Sebenarnya tidak ada anak yang murni 100% sebagai pembelajar visual, pembelajar audio, atau pembelajar kinestetik. Banyak anak yang memiliki kondisi ketiganya. Namun, biasanya seorang anak memiliki kecenderungan untuk lebih dominan pada satu gaya belajar tertentu.
3.5. Pengaruh Makanan terhadap Prestasi Anak
Makanan yang baik dan bergizi memberikan banyak keuntungan yang berlanjut sampai masa remaja dan dewasa. Pertumbuhan yang baik, perkembangan otak, pengendalian energi, perlindungan kesehatan dan kekebalan tubuh, perlindungan terhadap penyakit orang dewasa, perlindungan gigi dan gusi, sikap yang membaik, dan perkembangan kebiasaan makanan yang baik seumur hidup, semuanya didapat dari menu makanan yang seimbang dan bernutrisi.
Pilihan makanan kita tergantung pada beberapa faktor, termasuk apa yang disukai atau tidak disukai seseorang, keyakinan dan sikap terhadap makanan tertentu, pengalaman masa kecil dengan makanan dan waktu makan, pengetahuan tentang nutrisi, faktor ekonomi, dan iklan makanan.
Makanan yang baik dan bernutrisi memiliki banyak manfaat oenting yang akan terus terbawa, seperti:
• Pertumbuhan dan perkembangan otak
• Perlindungan kesehatan dan kekebalan tubuh
• Perlindungan terhadap penyakit orang dewasa
• Pengaturan energi
• Perlindungan gigi dan gusi
• Sikap yang membaik
• Perkembangan kebiasaan makan yang baik selamanya
3.6. Faktor Lain-lain
3.6.1. Perpustakaan
Perpustakaan adalah salah satu lingkungan belajar yang sangat baik di sekolah. Pertama, suasana di situ adalah suasana belajar: keadaannya tenang, dan orang datang ke sana untuk belajar. Orang-orang lain yang belajar di sana turut mendorong kita untuk giat belajar. Kedua, sumber informasi yang kita perlukan terdapat di sana. Ketiga, kita mendapatkan bantuan dari petugas perpustakaan yang tugasnya adalah menunjukkan kepada kita informasi-informasi yang dibutuhkan.
Siswa perlu membiasakan dirinya untuk belajar di perpustakaan. Agar belajar di perpustakaan dapat berjalan dengan efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu; kita tahu apa yang akan kita kerjakan di perpustakaan, kita catat bahan yang kita peroleh dari sumber informasi, kita belajar dengan berdisiplin, menggunakan alat untuk memperbanyak bahan yang kita perlukan, dan akhirnya kita perlu menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
3.6.2. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang sangat penting pengaruhnya terhadap berhasilnya belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan belajar ialah segala sesuatu yang terdapat di tempat kita belajar, seperti penerangan, kursi, meja kerja, dan ruangan tempat belajar. Banyak orang kurang memperhatikan pengaruh lingkungan ini terhadap kemampuan dan hasil belajar. Mereka misalnya kurang menyadari bahwa penerangan ikun menentukan ketahanan kita untuk belajar.
Dalam meningkatkan keberhasilan belajar, lingkungan belajar pun perlu diperhatikan. Di antara lain yang perlu diperhatikan itu adalah cahaya penerangan, ventilasi, suhu, udara, tempat dan perabotan belajar, dan kebisingan.
Cahaya penerangan di kamar belajar haruslah cukup, merata, dan tidak silau. Ventilasi haruslah memungkinkan dapatnya beredar udara yang bersih dan segar. Suhu ruangan tidak panas dan tidak dingin, membuat perasaan sejuk. Lingkungan belajar haruslah tenang dan tidak ada yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Perabot belajar yang digunakan harus dapat mendorong kita giat dan tahan lama belajar.
3.6.3. Kesehatan
Kesehatan penting sekali dalam mencapai hasil belajar yang baik. Seseorang yang kurang sehat tidak mudah mendapat hasil belajar yang memuaskan. Tidak mungkin seseorang dapat tahan lama belajar, apabila ia lekas letih, terganggu penglihatannya, kurang darah, dan sakit-sakitan. Demikian juga dengan kesehatan mental; ini juga perlu mendapat perhatian dari mahasiswa. Rasa cemas, rasa khawatir, rasa takut, rasa rendah diri, mudah tersinggung, tidak mampu menanggapi masalah secara rasional, sudah tentu akan mengganggu keberhasilan belajar. Kurang sehat mental merupakan hambatan bagibelajar. Hingga dewasa ini kesehatan mental ini masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat, karena masih sedikit orang yang menyadari arti dan pentingnya kesehatan mental.
Kesehatan fisik dan mental sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. oleh karena itu perlu dipelihara dengan baik. Kesehatan fisik dapat dipelihara dengan melakukan olahraga dengan teratur, cukup tidur dan istirahat, memakan makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup.
Kesehatan mental adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seberapa jauh seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri dengan tuntutan dan kesempatan yang diberikan oleh hidup. Banyak masalah dan keadaan yang dapat dijalankan mahasiswa untuk memelihara kesehatan mentalnya, dan mengatasi masalah yang dihadapinya, yaitu dengan menilai kemampuan diri sendiri, mendewasakan diri, bergaul, mengikuti kegiatan siswa di sekolah dan masyarakat, dan menghubungi petugas kesehatan.
IV. Penutup
4.1. Manfaat Anak yang Berprestasi Bagi Sesama
Seorang anak yang berprestasi tentunya akan menjadi kebanggaan bagi lingkungannya. lingkungannya itu adalah orang tua, guru pembimbing, dan orang di sekitarnya.
Anak yang beprestasi tidak hanya diukur dari berapa banyak nilai sempurna yang didapat atau bagaimana prestasinya di sekolah, tetapi juga diukur dari perilaku dan etiketnya. Oleh karena itu tentunya tak heran jika setiap orang tua mendambakan anak mereka menjadi anak yang berprestasi dan berprilaku baik.
Mereka akan menjadi gambaran bagi generasi masa depan, sehingga akan melegakan kaum pendahulunya karena mereka memiliki pengganti yang dapat dipercaya.
Dapat kita bayangkan jika dari masa ke masa ternyata generasi muda makin merosot baik dari bidang moral maupun edukasi, padahal tuntutan jaman semakin berat. Oleh karenanya dalam memenuhi tuntutan jaman tersebut dibutuhkan generasi baru yang berprestasi.
4.2. Ajakan untuk Membangun Diri Anak Sejak Dini
Anak adalah titipan dari Tuhan sehingga sudah sepantasnya kita memberikan yang terbaik untuk mendidik mereka. Selain itu seperti yang sudah-sudah, setiap anak merupakan bibit dari individu baru, yang di masa depan akan menjadi generasi penerus kita. Jika di masa sekarang saja banyak anak yang sudah menyimpang dari jalan kebenaran, bukan tidak mungkin jika di masa depan moral akan terus merosot.
Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya adalah dengan membangun diri anak sejak dini, tidakhanya secara edukatif tapi juga melalui sisi moral. Anak yang berprestasi akan sukses jika mereka juga memiliki EQ dan SQ tinggi. Barangkali hal ini yang dilupakan oleh para orang tua mengingat IQ lebih mudah dilihat.
Marilah, kita semua turut serta dalam usaha membangun masa depan yang lebih baik. Banyak anak muda di dunia ini yang memiliki otak brilian, tetapi dikalahkan oleh mereka yang menyimpang karena kesalahan dalam pengasuhan. Kita semua tentunya tidak ingin hal ini terus berlanjut, karenanya marilah kita semua bekerja sama dalam membangun diri anak sejak dini. Cara yang paling awal dan mudah dalam membentuk generasi baru yang lebih berprestasi.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi melalui buku yang dituangkan melalui karya ilmiah ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata berbagai masalah baik internal maupun eksternal melanda generasi jaman sekarang. Dan berbagai kesalahan tersebut juga tidak sepenuhnya salah si anak, atau salah sang orang tua. Tetapi masing-masing pihak turut memberikan sumbangan. Sekarang adalah bagaimana mempositifkan ‘sumbangan’ tersebut, sehingga bukannya jadi merugikan.
Kita semua tau bahwa di dunia ini semua permasalahan pasti ada solusinya. Oleh karena itu masalah pada generasi jaman sekarang bukannya tak dapat diselesaikan. Ada berbagai cara dan metode khusus yang menjadi faktor terciptanya anak berprestasi (yang menjadi bibit generasi masa depan) diantaranya cara belajar tiap individu, gaya belajar, hypnoparenting, brain gym, sampai makanan dan faktor lain-lain.
VI. Saran
Semua teori telah dikeluarkan, kini tibalah saatnya untuk merefleksikan kepada diri sendiri. Marilah kita kembali ke diri sendiri masing-masing. Teori yang telah penulis sampaikan mengacu kepada satu permasalahan serius yang berdampak jangka panjang. Tak ada gunanya jika pokok permasalahan telah diketahui, tetapi tidak diperbaiki.
Kesadaran masing-masing individu, adalah hal pertama yang harus kita miliki karena tanpa adanya kesadaran semua orang tidak akan merasa salah dan tidak akan memiliki niat untuk memperbaiki kesalahannya. Meskipun begitu, kita harus berhenti menyalahkan orang lain dan menatap lurus ke depan, masih banyak permasalahan menanti kita untuk diselesaikan.
Berbagai cara untuk mengatasi permasalahan pada diri anak maupun kiat untuk membangun anak menjadi pribadi yang berprestasi telah dijabarkan. Kini kembali kepada tugas masing-masing individu maupun orang tua untuk memperbaiki metode yang salah sebelumnya. Kita masih dapat memberikan sumbangan untuk masa depan yang lebih baik dengan memulainya pada diri sendiri maupun orang lain yang terdekat.
Tentunya, semua cara di atas tidak dapat langsung berhasil. Dibutuhkan kesabaran dan kerjasama agar tujuan mulia tersebut tercapai. Dan penulis yakin, dengan tekad yang bulat ditambah kombinasi kesabaran dan kerjasama tadi, generasi yang membanggakan sudah dekat di depan mata!
VII. Daftar Pustaka
Hutabarat, E.P. 1998. Cara Belajar. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunadi, tri. 2009. 24 Gerakan Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya.
O’Dea, Jenny. 2005. Makan Sehat Anak Cerdas: Makanan Sehat, Anak-anak Sehat, Kehidupan Sehat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Al-Azizy, A. Suciaty. 2010. Ragam Latihan Khusus Asah Ketajaman Otak Anak Plus Melejitkan Daya Ingatnya! Jakarta: DIVA Press.
Smart, Aqila. 2010. Hypnoparenting: Cara Cepat Mencerdaskan Anak Anda. Jakarta: Starbooks.