1. Pemilihan dan penyiapan induk sumber eksplan.
Tanaman
induk tersebut harus jelas jenis,
spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan
secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan
sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.
Lingkungan
tanaman induk yang lebih higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas
eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan meliputi: pemangkasan,
pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan
insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan
bersih dari kontaminan.
Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral unsur hara makro dan
unsur hara mikro, vitamin, dan Zat pengatur tumbuh (hormon). Media yang sudah
jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi
adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman indukan untuk
kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk sari, batang karena
bagian-bagian tersebut masih aktif membelah.
Untuk
mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi.
Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang
menempel di permukaan eksplan. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2. Segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di empat yang steril, yaitu di
laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan alkohol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan.
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan atau propagul
pada media. Media pada multiplikasi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan yang
akan dicapai. Contohnya untuk menumbuhkan tunas-tunas pada media tersebut dapat
ditambahkan zpt golongan sitokinin. Perbanyakan dapat dilakukan dengan cara
merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau
merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara
langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu.
Tujuan
dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat
untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya
terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell,
1976). Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke
media lain untuk pemanjangan tunas.
Aklimatisasi
adalah kegiatan mengadaptasikan tanaman atau mengkondisikan tanaman dari yang
semula kondisinya terkendali ke kondisi yag tak terkendali, untuk menjadi
tanaman yang autotrof. Aklimatiasi dilakukan dengan memindahkan eksplan keluar
dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur
jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah
bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup
dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.
Letak pemanfaatan totipotensi terletak pada tahapan inisiasi
kultur, sterilisasi, hingga aklimatisasi yaitu pengadaptasian tanaman menjadi
tumbuhan dewasa yang sempurna yang identik dengan induknya. Hal ini disebabkan
karena pengertian dari kultur jaringan itu sendiri adalah: suatu teknik
untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian
tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi
aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut
dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Dapat diperhatikan bahwa pada tahap inisiasi, bagian tanaman yang ingin
dijadikan sebagai eksplan dipisahkan dari tanaman induknya dan pada tahapan
sterilisasi, sel tanaman tersebut dikondisikan agar menjadi aseptik atau
terhindar dari mikroorganisme lain. Selanjutnya pada tahapan multiplikasi,
eksplan diletakan di media yang sudah disiapkan pada tahap pertama dan telah
ditambahkan dengan zat pengatur tumbuh. Akhirnya eksplan pun mulai berkembang
menjadi tanaman dewasa ketika eksplan tersebut mulai mengalami perpanjangan
tunas hingga perkembangan akar. Pada tahap aklimatisasi akhirnya tanaman
dikondisikan menjadi tanaman dewasa dan diadaptasikan ke kondisi di luar
ruangan setelah sebelumnya dikembangbiakan dalam lingkungan yang steril dan
terkontrol. Disini pemanfaatan totipotensi terlihat dari tumbuhnya tanaman
dewasa yang baru dari satu bagian tanaman induk.
Manfaat utama dari teknik ini
adalah untuk perbanyakan vegetatif tanaman yang permintaannya tinggi tetapi
pasokannya rendah, karena laju perkembangannya dianggap lambat. Selain itu
keuntungan lainnya adalah tanaman hasil kultur jaringan memiliki sifat sama
dengan induknya (dimana tanaman induknya merupakan tanaman pilihan), memiliki
tingkat berproduksi lebih tinggi, tidak membutuhkan media tanam yang luas,
serta tidak perlu menunggu tanaman menjadi dewasa untuk membiakannya. Selain
itu bibit hasil kultur jaringan dapat disimpan terlebih dahulu di suhu rendah
sebagai stok atau cadangan sampai nantinya digunakan kembali.
Sumber:
No comments:
Post a Comment