Secara
pribadi, gue suka dengan nama yang berawalan huruf K. Hal ini juga salah satu
faktor yang membuat gue tertarik membaca buku An Abundance of Katherines karya
John Green. Nyebutin judulnya aja udah berasa keren abis gue.. En abændens of kathrins,
dibikin brits brits gitu wakakak. Oleh karena itu biarpun gue udah trauma baca
bukunya John Green karena seakan-akan selalu ada yang mati, but gue tetep tertarik
baca buku ini!
Dan
pilihan tepat sekali guys. Karena akhirnya telornya pecah. Jackpot. Ga ada yang
meninggal kali ini.
le book |
Berkisah
tentang Colin Singleton yang selalu suka dengan cewek bernama Katherine. Seumur
hidupnya dia udah pacaran dengan 19 Katherine dan selalu diputusin. Tetapi kali
ini beda, karena Katherine ke-19 rasanya udah bener-bener orang yang tepat bagi
dia. Bersama Hassan, temannya yang merupakan keturunan Arab, mereka berdua
berkendara meninggalkan kota Chicago untuk menghilangkan patah hati-nya Colin.
Mereka
akhirnya berhenti untuk melihat makam Archduke Franz Ferdinand, itu loh putra
mahkota kerajaan sori-lupa-kerajaan-mana yang dibunuh oleh teroris Serbia dan
akhirnya memicu Perang Dunia I. Tempatnya ada di suatu daerah agak terpencil
bernama Gutshot di Tennesee. Disini mereka diarahkan ke sebuah toko yang dijaga
oleh seorang cewek bernama Lindsey Lee Wells. Ternyata dia jugalah tour guide
mereka untuk melihat makam sang Archduke. Menarik juga karena Lindsey ini
ternyata pacar dari orang yang namanya juga Colin. Lindsey juga ternyata anak
dari Hollis, mamanya yang jarang dipanggil Mom, yang punya pabrik terbesar
satu-satunya di Gutshot yang memproduksi, uh, tali tampon.
Seluruh
cerita berfokus pada Colin dan Hassan yang akhirnya nginep di rumah Lindsey
yang gede banget, mereka berdua ditawarin pekerjaan sama Hollis untuk nge
wawancara seluruh penduduk Gutshot. Ketika mereka bertiga disuruh wawancara
pada penduduk tua, gue jadi ngerasa omg gue mirip banget sama Lindsey dalam
beberapa hal. Kemudian gue suka banget cara John Green menceritakan gimana
respeknya seluruh penduduk Gutshot terhadap Hollis sang pemilik pabrik. Tapi
ironisnya, ternyata pabrik Hollis tuh udah kekurangan pembeli dan 75% dari
produksi tali tampon (ih tampon apaan sih) pabriknya cuma menumpuk di gudang
karena ngga ada yang beli. Meskipun demikian, Hollis gak mengurangi produksi
pabriknya karena itu berarti mecat sebagian besar pekerja pabrik. Ironis.
Cukup
sampai situ aja cerita gue.. karena kalian bisa baca sendiri ceritanya. Tapi
review gue di paragraf bawah ini juga gak lepas dari spoiler kok, hehehe.
Gue
lupa bilang kalo Colin ini adalah anak yang didiagnosis anak ajaib dan dia suka
banget buat anagram. Misalnya Monalisa dibikin jadi I am Salon atau semacam itu. Colin sedang ada dalam fase ketika dia
sadar kalo dia gak akan pernah jadi jenius (anak ajaib, berarti pandai
mempelajari sesuatu, tapi anak jenius menciptakan sesuatu) dan cuma bisa
belajar dan sebagainya. Dia juga sebenernya agak suka dipuji dan agak congkak,
tapi ya itulah. Dia yakin bahwa dirinya udah ada dalam suatu titik yang
mengakhiri masa kejayaannya sebagai anak ajaib. Hassan? Dia orang yang mudah
bergaul dengan orang lain tapi juga dikisahkan kalau dia males banget untuk
kuliah. Turns out kalo ternyata
Hassan ini mencoba menjadi seorang Pelaku dengan melawak dan sebagainya, karena
dia sendiri sadar kalo dia belum pernah melakukan apa-apa seumur hidupnya dan
cuma bisa ngelawak. Lindsey? Dia tipe orang yang merasa dirinya munafik karena
dia selalu cenderung merubah kepribadiannya ketika berinteraksi dengan orang
yang berbeda. Lindsey juga gak suka jadi menonjol dan dia pikir, orang yang
menonjol atau terkenal adalah orang yang menderita. Makanya dia suka baca Celebrity Living, karena dia menganggap
orang terkenal itu menderita banget dan dia mendapat guilty pleasure dengan melihat orang menderita. Berbeda banget
dengan pendapat stereotip Colin yang nganggep kalo orang yang baca majalah itu
adalah orang-orang yang.. gitu deh.
Ceritanya
menurut gue seru banget. Secara pribadi gue gak suka dengan cerita yang terlalu
banyak konflik atau yang bikin deg-degan gak enak. Makanya aneh juga ya kalo
gue suka Harry Potter dan Percy.. (Tapi ada unsur sekolah asrama disana yang
gue suka so shut up). Ceritanya John
Green biasanya gak memasukkan cerita yang kalo digambarin alur ceritanya,
garisnya itu gak naik secara dramatis. Kedinamisan buku-buku John Green amat
sangat terkontrol, tapi kalo digambarin dengan alur tadi, garisnya tebel. Jadi
maksud gue, biarpun dengan alur yang gak gimana-gimana banget, ceritanya entah
kenapa seru dan ngena abis, pake banget-sangat-amat-dll.
Di
awal cerita, Colin menganggap Lindsey gak asik karena dia baca Celebrity Living dan berbagai prasangka
lainnya. Tapi seiring cerita berjalan, ternyata Lindsey adalah orang yang
bener-bener keren banget (bagi gue juga dia keren!). Gue udah bisa nebak sih
dari pas Lindsey yang berkorban ngajarin Colin menembak pake senapan sampai
kasih tau Colin tempat persembunyiannya, kalo ada apa-apa diantara mereka. Tapi
tetep, momen ketika:
“That’s
who you really like. The people you can think put loud in front of.”
“The
people who‘ve been in your secret hiding places.”
“The
people you bite your thumb in front of.”
“Hi.”
“Hi.”
“…”
“…”
“Wow.
My first Lindsey.”
“My
second Colin.”
J A
C K P O T. Yahoooo! Love ya, Sir John Green! Oke gue freak.
Momen-momen
Colin dan Katherine XIX juga gak kalah sweet kok wakakak, but gue males ketikin
ulangnya so bye, K. Tapi ending ini boleh dibilang dream come true banget. Andai
aja Alaska juga bisa kayak gini sama… shit gue lupa bahkan tokoh utamanya
siapa. Andai aja Gus sama (umm… Grace?) bisa kayak gini juga. Duh duh duh. Tapi
2 buku (tragis) yang gue baca sebelumnya itu justru bikin An Abundance of
Katherines spesial banget.
Ngomong-ngomong
buku ini punya banyak banget footnote jadi mesti sabar ya. Udah gitu ada banyak
grafik kartesius yang bikin pusing, rumus Matematika yang untungnya gak perlu
dikerjain, lalu lampiran dari Daniel Biss yang katanya salah satu ahli Matematika
muda di Amerika. Tapi justru itu yang ngebuat buku ini spesial. Apalagi gue
sendiri merasakan beberapa keterkaitan dengan beberapa kepribadian ataupun
pemikiran John Green yang dituangkan dalam buku ini melalui
karakter-karakternya.
So
recommended!
4.9/5.0
No comments:
Post a Comment